SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok.SOLOPOS), PROMOSI--Produsen beriklan melalui media luar ruang di kawasan Purwosari Jl Slamet Riyadi, Solo. Promosi secara konsisten menjadi salah satu senjata bagi produsen agar produk mereka dikenal oleh konsumen. Foto diambil Senin (11/4). (JIBI/SOLOPOS/Sunaryo Haryo Bayu)

Ilustrasi (Dok.SOLOPOS), PROMOSI--Produsen beriklan melalui media luar ruang di kawasan Purwosari Jl Slamet Riyadi, Solo. Promosi secara konsisten menjadi salah satu senjata bagi produsen agar produk mereka dikenal oleh konsumen. Foto diambil Senin (11/4). (JIBI/SOLOPOS/Sunaryo Haryo Bayu)

Solo (Solopos.com)–Asosiasi Perusahaan dan Praktisi Periklanan Solo (Asppro) menengarai potensi pendapatan iklan di Kota Bengawan mengalami kebocoran hingga Rp 3,1 miliar.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dugaan tersebut disampaikan sejumlah pengurus Asppro Solo kepada Komisi III DPRD dalam agenda dengar pendapat, Kamis (29/9/2011). Dalam pertemuan itu, selain dugaan kebocoran potensi pendapatan, para pengurus Asppro juga menyampaikan banyak persoalan dalam dunia periklanan.

Dewan Pakar Asppro, Yayok Aryoseno, sangat menyayangkan pengelolaan reklame di Kota Solo. Bukan hanya masalah penataan reklame yang dia sorot, namun sistem lelangnya juga dia nilai banyak persoalan. Salah satu masalah dalam mekanisme lelang adalah masih berlakunya sistem perizinan banyak pintu.

”Janji Sekda selaku ketua tim penataan reklame untuk membuat perizinan reklame menjadi satu pintu hingga saat ini belum pernah terwujud. Akibatnya untuk perizinan reklame sekarang ini masih bisa melewati banyak pintu,” ujar Yayok, Kamis (29/9/2011).

Yayok menambahkan dengan perizinan banyak pintu membuat para pengusaha iklan kesulitan dalam memasarkan produk. Sebab, ketika para pengusaha iklan mematuhi prosedur dengan cara mengikuti lelang, banyak timbul titik-titik reklame tanpa lelang yang lokasinya berdekatan dengan titik yang dilelangkan.

Lebih menjadi masalah, titik reklame tanpa lelang harganya jauh lebih murah dibanding dengan titik reklame yang melalui mekanisme lelang.

”Ketika kami coba tanya mengapa ada titik reklame tanpa lelang, ternyata pintu masuknya yang beda. Jadi untuk pemasangan reklame bisa melalui lurah pasar, camat serta dinas lain. Lha ini tentu menjadi masalah,” tegasnya.

Dengan banyaknya titik reklame di Solo, sambung Yayok, Asppro menyangsikan potensi pendapatan asli daerah (PAD) yang hanya senilai Rp 4,9 miliar/tahun.

”Kami menjadi sangsi dengan PAD yang hanya Rp 4,9 miliar. Karena untuk satu titik reklame harga tertinggi bisa mencapai Rp 1,9 miliar. Lalau dilakukan dua kali lelang target PAD-nya sudah terpenuhi.”

”Sebaliknya kalau targetnya hanya Rp 4,9 miliar/tahun sementara ada banyak lelang serta titik reklame yang tidak dilelangkan, kami menilai perlu ada audit dan dicari ke mana saja kebocorannya,” ujar Yayok.

Yayok menambahkan, Asppro menilai potensi pendapatan dari iklan bisa mencapai Rp 8 miliar/tahun bahkan lebih.
”Kami hitung potensi dari iklan bisa mencapai Rp 8 miliar/tahun bahkan lebih. Namun kami tidak tahu juga berapa target PAD yang terbaru apakah masih Rp 4,9 miliar ataukah lebih,” ujarnya.

Pengurus Asppro lainnya, Ginda mempertanyakan uang jaminan bongkar (UJB) yang sudah dibayar para pengusaha iklan kepada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA).

”Selain lelang yang ingin tanyakan adalah nasib UJB. Selama ini untuk tiap titik reklame kami selalu bayar UJB-nya. Karena tidak pernah dikembalikan 100% alias ada sisanya yang kata pemerintah untuk penataan reklame, kami lihat belum ada realisasinya. Harusnya apabila sisa UJB benar-benar untuk penataan kota, kondisi titik reklame tidak semrawut seperti sekarang,” tandasnya.

(aps)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya