SOLOPOS.COM - JIBI/Harian Jogja/Kusnul Isti Qomah Gaplek

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Ternyata warga Asia Timur menggemari makanan khas Gunungkidul, gaplek. Sayang, Gunungkidul sebagai penghasil gaplek terbesar keempat secara nasional belum dapat mencukupi kebutuhan tersebut.

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Gunungkidul, Supriyadi mengatakan pangsa pasar gaplek saat ini banyak di kirim ke Cina, Jepang dan Korea Selatan. Tiap tahun, rerata kebutuhan gaplek di Asia Timur 5 juta ton, sedangkan Gunungkidul baru dapat mengirim 200.000 ton gaplek per tahun.

Promosi Sejarah KA: Dibangun Belanda, Dibongkar Jepang, Nyaman di Era Ignasius Jonan

“Kenyataannya dari komoditas yang ada, masih banyak digunakan untuk memenuhi pasar lokal. Sedangkan untuk mengekspor, sepertinya masih belum,” katanya kepada Harianjogja.com, Jumat (27/6/2014).

Saat ini, luas area lahan untuk tanaman singkong sebagai bahan baku pembuat gaplek mencapai 55.231 hektar dengan hasil panen mencapai 933.414 ton. Menurut Supriyadi, sebenarnya panen singkong dapat dimaksimalkan lagi sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar internasional. Sayang, saat ini petani belum memanfaatkan lahan dengan benar.

Untuk itu, mulai tahun ini Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Gunungkidul berencana melakukan intensifikasi pertanian. Khususnya terhadap tanaman singkong.

Pasalnya, selama ini petani masih cenderung menggunakan penanaman tradisional, yakni dengan sistem tumpang sari. Adapun dalam perkembangannya, cara tersebut belum bisa memaksimalkan hasil tanaman singkong yang ada. Dengan berbagai perbaikan, diharapkan hasil panen singkong meningkat dan ekspor gaplek dapat lebih ditingkatkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya