SOLOPOS.COM - Grafiti di Beijing (IST)

Grafiti di Beijing (IST)

Li Qiuqiu seorang seniman grafiti yang aktif. Pekerjaan sehari-harinya melukis dan membuat rancangan iklan. Kadang ia dibayar untuk menggambar iklan-iklan perusahaan di sekitar Beijing.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Seniman berusia 34 tahun ini mulai melukis pada 1997 dengan menyemprotkan namanya di dinding kota.

“Tidak ada apa-apa di jalanan kecuali iklan di dinding atau lambang pemerintah dan sejenisnya. Lalu kemudian Anda mulai melihat beberapa kata lalu gambar dan akhirnya kampung seni berdiri dan makin banyak orang yang membuat graffiti.”

Li dan beberapa seniman membentuk kelompok Beijing Pengzi atau ‘Semprotan Beijing’. Mereka menganut apa yang mereka sebut ‘budaya jalanan’. Mereka berkumpul dan melukis dinding bersama-sama, sambil ditemani musik hip hop. Kadang mereka ditangkap polisi dan harus bayar denda sekitar Rp200.000 supaya dilepaskan.

Li Qiuqiu mengakui bahaya dalam melakukan sesuatu yang ilegal adalah bagian dari alasan mengapa ia membuat grafiti.

“Misalnya menggambar di pintu kantor polisi atau mobil polisi. Saat saya melakukannya itu memberi saya perasaan melakukan sesuatu yang menantang.”

Kru Li berjumlah tujuh orang dan masing-masing punya gaya yang berbeda. Tapi politik bukan sesuatu yang mereka akan gambarkan lewat grafiti.

Anggota kelompok ini, Wang, Mo sedang menyemprot dinding luar sebuah kamar mandi umum di kampung seni 798.

Tempat itu berada di luar pusat kota dan penuh dengan lukisan, graffiti dan patung – rumah bagi komunitas seniman graffiti yang sedang berkembang.

“Menurut saya di Cina, saat Anda bilang politik, langsung itu menjadi sesuatu yang sensitif. Pada akhirnya Anda harus bertanya pada diri Anda sendiri, Anda melukis untuk mengekspresikan pandangan atau cara untuk melawan pemerintah? Pemerintah melakukan urusannya, dan kita lakukan urusan kita sendiri.”

Grafiti di Cina punya sejarah panjang.Selama pemerintahan Mao di awal tahun 1920an, slogan-slogan yang menghasut revolusi dan menyambut para pahlawan Cina modern, mulai dilukis di dinding kota dan jalan-jalan di pedesaan.

Asal usul grafitti Beijing tidak diketahui secara pasti.Di pertengahan tahun 90an, saat kota itu tengah melakukan pembangunan besar-besaran, grafiti berupa gambar kepala botak bermunculan di samping bangunan yang akan dihancurkan.

Li mengenang saat itu masih duduk di sekolah menengah.

“Ada cerita yang mengatakan kalau ada beberapa anggota gang membunuh seorang pria lalu mereka menggambar kepala pria itu di seluruh Beijing.”

Tapi penjelasan itu berubah dan ternyata faktanya tidak terlalu menakutkan. Si kepala botak adalah gambar andalan Zhang Dali sebagai seniman grafiti, juga seniman yang diakui secara internasional.

Beberapa daerah kunci di kota, dekat Lapangan Tiananmen contohnya, diawasi dengan ketat sehingga hampir mustahil bagi seniman graffiti untuk melukis tanpa tertangkap.Tapi graffiti di samping stasiun kereta api atau dinding-dinding dekat kampus makin sering terlihat.

Salah satu yang banyak disebut adalah karya Aniu. Tahun lalu, gambar dan stikernya jadi perbincangan di mikroblog Cina.

Grafiti di Beijing (IST)

Pada Juli 2011, dua kereta api berkecepatan tinggi bertabrakan di sebuah jembatan dekat kota Wenzhou. Menurut pemerintah, 40 orang tewas dan hampir 200 orang luka-luka. Media resmi melaporkan kecelakaan itu disebabkan petir yang menyambar kereta.Tapi di dunia maya, banyak warga Cina mengkritik upaya pemerintah menutupi tingkat kerusakan yang terjadi.

Aniu merancang stiker sepanjang 25 sentimeter dan menempelkanya di seluruh Beijing. Di stiker itu ia menggambar logo stasiun kereta api Cina yang terkenal itu. Di bawahnya tertulis ‘ kebenaran adalah prasyarat bagi keadilan dan rekonsiliasi”.

“Setelah kecelakaan kereta api itu, jumlah korban tewas masih jadi tanda tanya. Saya pikir yang pertama kita butuhkan adalah fakta; berapa banyak korban tewas dalam tragedi itu. Setelah itu kita bisa bicara soal keadilan dan rekonsiliasi,”ujar Aniu yang tak mau mengungkap nama asli dan pekerjaannya

Di stiker lain yang ia buat tahun lalu, ia menggunakan logo CCTV, jaringan televisi resmi Cina, disandingkan dengan gambar keranjang sampah.

“Secara tak sengaja saya temukan logo itu melekat di keranjang sampah. Awalnya ada gambar potongan kertas yang dimasukkan ke dalam tempat sampah. Tiba-tiba saya dapat ide memasukkan logo CCTV ke dalamnya. Dan itu cara yang lebih baik menggambarkan seperti apa CCTV itu dan saya juga gambar kotoran di bawahnya. Gambar itu berarti CCTV adalah sampah.”



Aniu menganggap dirinya sebagai seniman politik – ini menjelaskan mengapa karyanya kerap terinspirasi hal-hal tidak menyenangkan yang ia lihat terjadi di dalam masyarakat. Namun, dia lebih suka menggambar sesuatu yang lain.

“Saya tidak memilih terlibat politik. Saya tidak mau mengekspresikan hal-hal yang menjengkelkan. Jika saya hidup di tempat yang ideal, apa gunanya saya lakukan ini. Saya akan menggambar hal yang bagus-bagus dan tidak merasa perlu melakukan ini. Tapi kebenarannya adalah ketika Anda tinggal di lingkungan ini, ada hal-hal yang membuat Anda marah, jijik, dan merasa tidak punya pilihan.”

Sementara itu, seniman yang lain, Liu, bukan nama sebenarnya, mengungkapkan pada 2005, ia mulai memotret grafitti di Beijing dan dua tahun kemudian mulai mengunggahnya ke blognya yang bernama llys.

Liu berjalan di bawah jembatan besar yang menghubungkan pusat kota dengan bandara di Beijing. Seniman berusia 50-an yang di masa muda mempelajari seni rupa ini telah mengambil foto-foto seni graffiti di seluruh Beijing sejak 2005.

Jembatan ini ditopang sepuluh pilar beton. Di setiap pilar dilukis gambar wajah tersenyum berbentuk silinder dibuat seniman bernama Clock.

“Dia lulusan akademi film dan sudah membuat banyak gambar di seluruh kota. Ia menyebut gambarnya ‘ikan kecil’.
Dulu ia punya seekor ikan kecil yang mati. Untuk mengenang ikan itu, dia mulai lukisan ini. Banyak orang di komunitas graffiti mengagumi dia karena walau belum lama tinggal di Beijing, ia telah meninggalkan tandanya di banyak tempat.”

Di penjuru Cina, bila ada pejabat tinggi berkunjung ke kota, bawahan mereka memastikan daerah itu tidak terlihat berantakan. Graffiti yang ada biasanya langsung ditutup dengan cat warna abu-abu. Tapi di hari berikutnya, anda akan melihat grafiti baru lagi.

Liu mengakui lukisan-lukisan yang dibuat di penjuru kota ini perlu dilestarikan.

“Menurut saya graffiti itu menarik dan kadang tidak bertahan untuk waktu yang lama. Sering Anda melihat gambar bagus tapi bila tidak langsung difoto, bisa saja sudah hilang saat Anda kembali ke tempat itu.”

Rebecca Valli
Asia Calling/Beijing

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya