SOLOPOS.COM - Ilustrasi wong kalang di Festival Budaya Kalang 2017 (Instagram/@syaiful_sipit)

Solopos.com, BLORA — Harta karun milik Wong Kalang atau orang dari Suku Kalang menjadi sasaran perburuan sejumlah orang di Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Lantas, siapakah mereka hingga memiliki harta kekayaan yang begitu berharga?

Sejumlah literatur menyebutkan Wong Kalang adalah kelompok suku yang bermukim di Pulau Jawa, khususnya di wilayah perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur, seperti Kabupaten Blora dan Rembang di Jawa Tengah; dan Kabupaten Bojonegoro dan Tuban di Jawa Timur. Mereka termasuk dalam sub Suku Jawa yang dengan sengaja hidup mengasingkan diri dalam hutan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dikutip dari Scribd.com, Senin (8/11/2021), Wong Kalang sudah ada sebelum pengaruh Hindu masuk ke Jawa. Pendapat ini berdasarkan prasasti Kuburan Candi di Tegalsari, Magelang tahun 753 Saka atau 831 Masehi.

Dulu, Wong Kalang dengan masyarakat Suku Jawa hidup berdampingan meskin memiliki perbedaan budaya yang signifikan. Perbedaan paling mencolok terlihat pada ritual yang menjadi aspek kehidupan penting bagi kedua suku tersebut.

Baca juga: Mengenal Wong Kalang Pemilik Harta Karun di Blora

Jika masyarakat Jawa tinggal di pedesaan, lain halnya dengan Wong Kalang yang memilih mengasingkan diri di hutan yang belum terjamah manusia. Dalam artikel jurnal karya Muslichin yang bertajuk Orang Kalang dan Budayanya: Tinjauan Historis Masyarakat Kalang di Kabupaten Kendal, Wong Kalang dulu dikenal sebagai penebang kayu dan juru angkut di proyek pembangunan. Hal tersebut dikemukakan berdasarkan pendapat Bryne (1951).

Dalam kamus Javaansch derduitsch Woordenbook (Gericke Roorda, 1847), Wong Kalang dianggap sebagai kelompok manusia yang hidup dan mati di Surakarta. Orang Jawa menganggap mereka sebagai anak hasil perkawinan wanita dengan seekor anjing. Oleh sebab itu, kalang dimaknai sebagai sesuatu yang ditempatkan di luar atau sesuatu yang dipisahkan dari lainnya.

Penelitian yang diterbitkan di jurnal Paramita pada 2011 itu menunjukkan makna Kalang sejalan dengan kehidupan Wong Kalang yang terpisah dari masyarakat Jawa. Konon kala itu mereka tidak boleh berada di lingkungan sekitar masyarakat Jawa. Mereka pun akhirnya hidup berpinda-pindah dengan mengembara, seperti para manusia purba. Orang Kalang mengandalkan sumber daya alam untuk mencukupi kebutuhan hidup.

Baca juga: Terkuak! Harta Karun Diburu di Blora Ternyata Peninggalan Wong Kalang

Tinggal di Solo

Secara fisik, Wong Kalang tidak berbeda dengan orang Jawa pada umumnya. Namun seorang peneliti Belanda, AB Meyer, dalam bukunya, Die Kalang Auf Java, mengatakan Wong Kalang termasuk golongan suku bangsa berambut keriting dan berkulit hitam. Mereka masuk dalam kategori ras yang sama dengan suku Negrito di Filipina dan suku Semang di Malaysia.

Kehidupannya yang serba pasrah, berserah diri, dan bijak membuat mereka disebut sebagai Kalang Sejati. Pada awalnya mereka ada di Solo dan Bagelen serta karesidenan yang lainnya.

Mereka ada di suatu tempat yang disebut Kalangan. Pekerjaannya di Surakarta adalah membuat cambuk, dan dtempat lain ada yang menjadi pandai besi.

Baca juga: Angker, Makam Kuno di Desa Kutukan Blora Sasaran Pemburu Harta Karun

Salah satu budaya wong kalang yang paling disorot adalah budaya penguburan jenazah yang dinilai paling modern di zamannya kala itu, yaitu zaman megalitikum. Seperti yang sudah diberitakan Solopos.com, budaya wong kalang dalam menguburkan jenazah mengenal konsep “nutupi bahahan sanga” yang berarti menutup sembilan lubang tubuh dengan benda-benda logam sesuai strata.

Jika yang meninggal dari strata tinggi, jenazahnya akan dibekali emas murni serta perhiasan dari emas. Orang dari strata tengah dibekali dengan benda-benda logam perunggu dan jika di strata bawahnya biasanya dibekali alat-alat pertanian. Benda-benda itulah yang kemudian diburu sebagai harta karun oleh masyarakat Blora dan sekitarnya.

Seiring berjalannya waktu, kehidupan orang Suku Kalang bercampur dengan masyarakat Jawa pada umumnya. Saat ini kemungkinan keluarga keturunan Wong Kalang dapat ditemukan di pinggiran pegunungan selatan Jateng seperti Kebumen, Purworejo, Cilacap, Solo, Blora, dan Kendal. Selain itu mereka juga kemungkinan tersebar hingga ke Jawa Timur, khususnya di wilayah Bojonegoro dan Tuban.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya