SOLOPOS.COM - Perbedaan warna air terlihat di dasar Sungai Bengawan Solo akibat tercemar limbah alkohol dan tekstil di Nusupan, Grogol, Sukoharjo, Kamis (9/9/2021). ). Air baku Sungai Bengawan Solo kembali tercemar yang berdampak pada penghentian sementara produksi air bersih Perumda Air Minum Toya Wening Solo dan sejumlah ikan naik kepermukaan sehingga mudah diambil oleh warga. (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO – Selama sepekan terakhir Sungai Bengawan Solo menjadi perhatian karena airnya menghitam akibat tercemar limbah ciu. Hal ini bukan hanya menimbulkan bau busuk yang menyengat, tetapi juga membuat ikan-ikan yang hidup di aliran sungai mabuk hingga menyembul ke permukaan.

Berdasarkan hasil penyidikan, aparat Polres Sukoharjo menangkap dua tersangka berinisial J, 36, dan H, 40, yang membuang limbah ciu ke aliran sungai. Kedua tersangka itu dengan sengaja mengumpulkan limbah dari produsen alkohol yang semestinya dibawa ke instalasi pengolahan air limbah (IPAL), tetapi malah dibuang ke sungai.

Promosi Pegadaian Area Surabaya 2 Gelar Festival Ramadan 2024 di 2 Lokasi

Kedua tersangka membuka jasa pembuangan limbah itu selama setahun terakhi dengan modal dua mobil pikap dan mesin diesel.

Baca juga: Daftar 25 Wilayah Rawan Tsunami di Pulau Jawa, 4 di Jateng Termasuk Wonogiri

Asale Sungai Bengawan Solo

Jika merujuk pada sejarahnya, Sungai Bengawan Solo memiliki kisah yang panjang. Pada masa lalu tepatnya masa kejayaan Majapahit, sungai ini menjadi jalur pedagangan dan transportasi di Laut Jawa.

Sejarah maritim Sungai Bengawan Solo pernah diteliti oleh Ilham Arsandi, Jihan Putri Mileniawati, dan Mila Nursindi Rahayu dalam Riwayat: Educational Journal of History and Humanities yang diterbitkan Universitas Syiah Kuala di Banda Aceh pada 2020.

Mahasiswa jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka itu menjelaskan betapa pentingnya Sungai Bengawan Solo pada masa Kerajaan Majapahit. Kala itu, Sungai Bengawan Solo menjadi jalur perdagangan dan transportasi utama bagi Kerajaan Majapahit.

Dikutip dari laman petabudaya.kemendikbud.go.id, Minggu (19/9/2021), sejak abad XIII-XIV, ketika Kerajaan Majapahit masih berada pada puncak kekuasaannya di Jawa Timur, Sungai Bengawan Solo menjadi jalur transportasi yang ramai.

Baca juga: Terungkap! Begini Alur Pembuangan Limbah Ciu yang Cemari Sungai Bengawan Solo

Pada saat itu Gresik yang masih disebut sebagai pelabuhan Ujung Galuh, menjadi pelabuhan laut terpenting di Jawa Timur bersama Tuban. Sejak masa itu, pelabuhan tersebut merupakan sebuah sarana pendaratan bagi kapal besar dengan jumlah pasukan yang cukup banyak.

Lokasi Gresik ini sangat strategis karena terletak di muara sungai besar yang disebut sebagai Bengawan Semanggi atau kini dikenal sebagai Bengawan Solo.

Berdasarkan data dari Kementerian PUPR Ditjen Sumber Daya Air BBWS Bengawan Solo, sungai ini merupakan yang terbesar di Pulau Jawa. Sungai ini memiliki aliran sungai yang luasnya sekitar 16.100 km persegi yang membentang dari Pegunungan Sewu, tepatnya di perbatasan antara Pacitan dan Wonogiri, hingga ke laut Jawa di sebelah utara Surabaya.

Sungai ini terpanjang di Pulau Jawa ini melintasi dua provinsi, Jawa Timur dan Jawa Tengah, dengan panjang 548,53 km. Hulu sungai ini berada di Gunung Lawu yang mengalir melintasi berbagai kota besar mulai dari Wonogiri, Solo, Ngawi, dan Bojonegoro yang bermuara di Laut Jawa wilayah Gresik.

Baca juga: BMKG: Ada Potensi Tsunami 28 Meter di Pacitan

Aliran Air

Mata air Sungai Bengawan Solo berasal dari lereng gunung seribu [Pegunungan Sewu] yang terletak di sebelah tenggara wilayah eks-Keresidenan Surakarta. Mata air tersebut mengalir ke arah barat daya dan menjadi batas antara wilayah Kabupaten Pacitan dengan Kabupaten Wonogiri.

Aliran air terus mengarah ke timur hingga sampai ke mata air Gunung Gamping di wilayah tenggara Rembang. Selanjutnya air mengalir ke timur sampai di perbatasan Bojonegoro dan Tuban hingga memasuki wilayah Gresik dan Kota Sedayu sebelum bermuara ke Laut Jawa di sebelah utara Selat Madura.

Kemudian aliran sungai berbelok ke barat memasuki wilayah Kabupaten Wonogiri. Setelah sampai di Desa Kakap aliran sungainya mengalir ke arah utara, dan ketika sampai di sebelah selatan kota Wonogiri, menjadi lebih besar karena adanya tumpahan air kali Keduwang yang sumbernya dari Gunung Lawu.

Setelah melewati kota Wonogiri aliran sungai ini menuju ke arah barat laut, dan mendapatkan tumpahan air kali Dengkeng yang mata airnya dari Gunung Merapi.

Baca juga: Maknyus! Nikmatnya Sedot Kepala Ikan di Kuliner Brekecek Pathak Jahan Khas Cilacap

Sungai Bengawan Solo kemudian mengalir ke arah timur laut memasuki Kota Solo yang mendapatkan tumpahan air Kali Pepe yang mata airnya berasal dari Gunung Merbabu. Air terus mengalir kea rah timur laut yang menerima tumpahan dari Kali Kedungbang di Gunung Lawu dan berbelok ke utara mengarah ke Sragen, kemudian ke timur di perbatasan wilayah Ngawi dan Sragen.

Aliran Sungai Bengawan Solo bertambah Panjang karena mendapatkan limpahan air dari Kali Kedungbanteng dari Gunung Lawu hingga terus mengalir ke tumor sampai bertemu di Sungai Madiun. Dari situlah Sungai Bengawan Solo menjadi lebih besar, karena semua sungai dari Wilayah Panaraga, Madiun, Magetan dan Ngawi.

Dari Kota Ngawi air sungai ini mengalir ke arah utara memasuki wilayah kabupaten Rembang, di antara Kabupaten Blora dan Kabupaten Bojonegora, terus ke utara sampai di wilayah Cepu mendapatkan tambahan dari Kali Batokan yang sumbernya dari mata air Gunung Gamping sebelah utara kota Blora.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya