SOLOPOS.COM - Kadus Dawe, Suratno menunjukkan lokasi Sendang Bejen yang menjadi salah satu petilasan RM Said pada Sabtu (18/6/2022). (Solopos.com/Indah Septiyaning Wardani)

Solopos.com, KARANGANYAR — Sendang Bejen di Dusun Dawe, Desa Mojoroto, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar, menyimpan jejak sejarah perjuangan Pangeran Raden Mas Said atau Pengeran Samber Nyawa melawan Belanda.

Hal ini ditandai dengan adanya petilasan Pangeran Samber Nyawa di sumber mata air ini. Petilasan tersebut destinasi wisata spiritual bagi banyak orang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Memasuki petilasan Pangeran Samber Nyawa, pengunjung akan disuguhi hawa sejuk nan rindang. Pepohonan tumbuh besar di sekitar Sendang Bejen. Konon pepohonan tersebut telah berusia ratusan tahun. Pemandangan di sana layaknya era Majapahit.

Gapura warna cokelat itu dihiasi dengan batu bata merah. Begitu pula bentuk pagarnya yang dihiasi ornamen dan simbol-simbol kuno khas Kerajaan Majapahit di masa lampau.

Ekspedisi Mudik 2024

Gapura ini langsung menjadi daya pikat bagi pengunjung. Ditambah dengan jembatan merah yang membentang di atas area persawahan. Lokasi tersebut kini disulap menjadi tempat yang instagramable. Para pengunjung banyak yang menghabiskan waktu untuk swafoto dan foto bersama di sana.

Baca Juga: Asale Kisah Kiai Poleng dan Nyai Remeng di Sendang Bulus Jimbung Klaten

Kepala Dusun Dawe, Suratno, mengatakan pengunjung yang datang ke Sendang Bejen berasal dari berbagai daerah. Di antaranya Sragen, Klaten, dan Wonogiri. Bahkan juga datang dari Ngawi, dan daerah lain di Jawa Timur lain serta Bali.

“Baru-baru ini dapat kunjungan santri pondok pesantren Tebu Ireng Jombang, Jawa Timur,” kata dia ketika dijumpai Solopos.com, di Sendang Bejen pada Sabtu (18/6/2022).

Latar belakang pengunjung yang datang sangat beragam. Mulai dari tokoh nasional, pejabat daerah seperti bupati, anggota DPRD, santri, masyarakat lokal,  dan para abdi dalem Pura Mangkunegaran.

Pengunjung yang datang, tidak mengenal waktu. Pagi, siang, sore, bahkan malam hari. Mayoritas pengunjung datan untuk beribadah salat sunah seperti tahajud dan dilanjutkan dzikir, memanjatkan doa kepada Allah SWT untuk mendapatkan keberkahan.

Baca Juga: Asale Rumah Nenek di Pendem Karanganyar, Tempat Warga Berkreasi

“Yang datang biasanya ingin punya hajat tertentu. Misalnya mau nyalon legislatif, bupati, dan lainnya. Sendang ini menjadi perantaraan saja, tapi tetap memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa,” katanya.

Tak jarang juga ada yang datang untuk mandi atau meminum air sendang. Air sendang layak diminum dan diyakini bisa menyembuhkan beragam penyakit.

“Airnya jernih. Pengunjung juga banyak yang meminum, termasuk saya. Masyarakat percaya, air sendang ini memberi keberkahan dan berkhasiat menyembuhkan segala macam penyakit,” tuturn Suratno.

Dia mengatakan air Sendang Bejen selama ini tidak pernah kering sekalipun kemarau panjang. Bahkan air Sendang Bejen kini digunakan untuk sumber air kolam renang di lokasi tersebut.

Suratno menuturkan dari catatan sejarah, Sendang Bejen sangat diyakini masyarakat sebagai sebuah situs petilasan Raden Mas Said alias Pangeran Sambernyawa. Pada masa penjajahan kolonial Belanda, Sendang Bejen menjadi persinggahan Pangeran Sambernyawa juga tempat persembunyian dari kejaran tentara VOC dan kroni–kroninya.

Di Sendang Bejen ini pula Pangeran Sambernyawa menyucikan diri dan melakukan semedi. Kemudian juga menyusun strategi dan melatih prajuritnya untuk menggempur balik para musuh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya