SOLOPOS.COM - Jejak Sangiran yang dulunya merupakan lautan. (Istimewa/BSMP Sangiran)

Solopos.com, SRAGEN Sangiran merupakan situs bersejarah yang berlokasi di wilayah Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Berdasarkan catatan sejarah, asale Sangiran dulunya adalah lautan.

Menurut catatan proses geologi, Sangiran setidaknya telah mengalami tiga perubahan lingkungan, dari laut, rawa, dan saat ini menjadi daratan. Hal ini diketahui dari pengamatan lapisan-lapisan tanah yang berada di Sangiran.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Di akhir kala Pliosen, 2,4 juta tahun yang lalu, seperti bagian Pulau Jawa yang lain, permukaan Sangiran masih berupa lautan. Hewan yang hidup kala itu seperti ikan, penyu, berbagai macam siput dan kerang merupakan hewan yang diduga mendiami laut Sangiran.

Berdasarkan buku seri Pengetahuan Prasejarah: Sangiran Situs Prasejarah Dunia yang dikutip Solopos.com, Minggu (28/11/2021), asale Sangiran dimulai sekitar 0,9 juta tahun lalu saat terjadinya erosi di Pegunungan Kendeng di bagian utara berupa pasir dan kerikil, serta gamping dari Pegunungan Selatan yang diendapkan di Sangiran membentuk konkresi keras yang disebut grenzbank. Endapan grenzbank itu membuat lingkungan Sangiran dari lautan menjadi daratan.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca juga: Legenda Balung Buto di Sangiran Sragen: Peperangan Manusia vs Raksasa

Lautan

Bukti asale Sangiran adalah lautan juga bisa dibuktikan dengan adanya sumber air asin di belakang parkiran objek wisata Museum Purba di Desa Krikilan, Kalijambe, yang masih aktif. Sumber air laut ini bercampur dengan lumpur vulkanik.

Sumber air asin itu berada di Dukuh Pablengan, Desa Krikilan, Kalijambe, Sragen. Konon, nama Pablengan diambil dari nama mata air asin yang oleh warga sekitar biasa disebut dengan istilah bleng.

Sumber air asin itu berlokasi di tanah kas Desa Krikilan yang cukup gersang. Di tanah kas desa itu terdapat beberapa titik sumber air asin. Lubang sumber air itu berdiamater sekitar 50 cm.

Aroma khas belerang sedikit tercium dari gelembung udara yang keluar dari sumber air asin itu. Tingginya kadar belerang itu disinyalir membuat lahan di sekitarnya menjadi tidak subur.

Baca juga: Objek Wisata Bayanan akan Diuji Coba, Sangiran Tetap Buka Saat Nataru

Rawa dan Daratan

Sekitar 1,8 juta hingga 900.000 tahun lalu, lingkungan Sangiran berubah menjadi rawa karena pengendapan vulkanik akibat aktivitas gunung api. Saat itu sejumlah hewan seperti buaya, kuda sungai, sapi, kerbau, banteng, dan rusa hidup berdampingan.

Kemudian sekitar 1,5 juta tahun lalu hiduplah manusia di tepian sungai yang mengalir di tengah-tengah hamparan rawa. Asale Sangiran berlanjut menjadi daratan sekitar 900.000 hingga 300.000 tahun lalu. Saat itu hutan dialiri sungai yang sangat indah.

Kini, semua kehidupan masa lampau di Sangiran hanya tinggal kenangan. Fosil-fosil manusia hingga hewan purba menjadikan Sangiran sebagai tempat yang kaya akan sejarah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya