SOLOPOS.COM - Gunung Slamet Banyumas

Solopos.com, BANYUMAS — Eks-Keresidenan Banyumas atau Banyumasan merupakan salah satu wilayah di Jawa Tengah bagian barat yang meliputi empat kabupaten. Keempatnya adalah Kabupaten Banyumas, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Purbalingga, dan Kabupaten Banjarnegara.

Keempat kabupaten tersebut memiliki keterikatan satu dengan yang lain, baik secara historis maupun budaya. Terbentuknya empat kabupaten dalam eks keresidenan tersebut dilatarbelakangi kejadian tragis, yaitu meninggalnya Adipati Warga Utama I dari Kadipaten Wirasaba.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dilansir dari sebuah literasi dari situs  unnes.ac.id dengan judul Simbol dan Makna Pepali Adipati Wirasaba dan Relevansinya Pada Masyarakat Eks Keresidenan Banyumas,  Jumat (31/12/2021), kematian Adipati Warga utama I meninggalkan warisan kepada keturunannya yang hingga kini sangat melegenda, yaitu pepali.

Adipati Wirasaba/Warga Utama I dibunuh oleh gandek atau prajurit utusan Sultan Hadiwijaya, Raja Keraton Pajang. Hal ini terjadi karena fitnah seorang Ki Demang Toyareka, yang juga bernama Raden Bagus Sujarwo yang tidak lain adalah adik kandung Adipati Warga Utama I.

Baca Juga: Asale Keresidenan Kedu, Kota Maju Zaman Jawa Kuno

Kisah Adipati Wirasaba

Fitnah Ki Demang Toyareka merupakan balas dendam atas pengingkaran Adipati Wirasaba terhadap rembug tuanya atau perjanjian dengan orang tuanya. Saat itu dia sepakat untuk menikahkan anak-anak mereka setelah dewasa, antara Raden Sukartiyah dengan putra Ki Demang Toyareka. Namun perjodohan mereka elik atau tidak baik sehingga diceraikan sepihak oleh Adipati Wirasaba dengan hukum Islam.

Tidak lama kemudian Sultan Pajang meminta kepada seluruh bawahannya mengirimkan seorang putri untuk dijadikan pelara-lara atau selir dan Adipati Wirasaba mengirimkan putri bungsunya, yaitu Raden Rara Sukartiyah yang digagalkan pernikahannya dengan anak Ki Demang Torayeka secara sepihak tersebut. Mengetahui hal tersebut, Ki Demang Torayeka membuat fitnah dan melapor kepada Sultan Pajang bahwa Raden Rara Sukartyah adalah randa kabla atau janda yang masih perawan.

Tidak mengerti makna randa kabla, Sultan pajang marah dan mengutus dua orang gandek untuk menghukum mati Adipati Wirasaba yang sedang dalam perjalanan pulang setelah mengirimkan glondong pangarem-arem atau tanda kesetiaan dan hormatnya demi kepuasaan sang Sultan. Adipati yang seketika itu diserang oleh dua gandek kiriman Sultan Pajang dengan menghunuskan tombak ke dadanya memberikan wewaler atau Pepali atau pantangan kepada keturunannya di akhir hayatnya.

Baca Juga: Heboh! Macan Dikabarkan Muncul di Permukiman Warga Banyumas

Isi Pepali

Pepali Adipati Wirasaba ini berbentuk logika perlambang dan pesan tersamar yang harus diinterpretasikan dengan bahasa sehari-hari. Pepali tersebut berisi jangan menikah atau mengambil menantu dari orang keturunan Torayeka, kemudian jangan keluar rurmah saat jatuh Sabtu Pahing, jangan makan danging angsa, jangan menaiki kuda warna kelabu dan jangan membangun rumah bale bapang.

Dalam periode waktu yang lama, pepali Adipati Wirasaba hidup, dipercaya dan dilaksanakan di empat kabupaten eks-Keresidenan Banyumas. Pepali Adipati Wirasaba ini pernah mengalami masa kejayaan sehingga sampai saat ini masih dipegang oleh masyarakat eks Kereidenan Banyumas, khususnya yang memegang teguh tradisi.

Seiring perkembangan zaman dan kemajuan pola pikir manusia menjadikan pepali tersebut mulai ditinggalkan dan hanya beberapa kelompok masyarakat saja yang masih melaksanakan pepali tersebut dan itupun tidak secara keseluruhan.

Baca Juga: Operasi Pasar Minyak Goreng di Grobogan Langsung Disebu Pembeli

Selain perkembangan zaman dan kemajuan pola pikir, letak geografis dan kultur yang berbeda dari keempat kabupaten tersebut membuat adanya perbedaan terhadap pelaksanaan pepali Adipati Wirasaba di masyarakat eks Keresidenan Banyumas sehingga sampai saat ini terdapat perbedaan relevansi pada masyarakat terkait Pepali tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya