SOLOPOS.COM - Penampakan bagian depan Pendapa Mangkubumi di Dukuh Pandak Karangnongko, Krikilan, Masaran, Sragen, Jumat (28/5/2021). (Solopos.com/Moh Khodiq Duhri)

Solopos.com, SRAGEN – Sebuah pendapa berdiri pada lahan seluas 395 meter persegi di tengah Kampung Pandak Karangnongko, Desa Krikilan, Kecamatan Masaran, Sragen. Di bagian pagar pendapa itu tertera papan warna emas bertuliskan Pendapa Petilasan Mangkubumi yang sudah ditetapkan sebagai benda cagar budaya pada 2018.

Sekilas tidak ada yang istimewa pada pendapa itu. Namun, pendapa itu sejatinya bukti sejarah dalam perjuangan melawan penjajah di Bumi Sukowati. Pendapa itu dibangun pada masa perlawanan Pangeran Mangkubumi, terhadap pasukan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) atau yang lebih dikenal dengan peperangan Mangkubumen pada 1746-1757.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Baca juga: Suka Cita Warga Terdampak Pandemi Berburu Sayuran & Lauk Gratis di Bener Sragen, Eh Dapat Hadiah Pula

Sejarah

Sebelum dinobatkan sebagai Sri Sultan Hamengku Buwono ke I, Pangeran Mangkubumi gigih memberi perlawanan terhadap VOC. Merasa keberatan dengan langkah kakaknya, Paku Buwono (PB) II yang menjalin kerja sama dengan VOC, Pangeran Mangkubumi memilih keluar dari Bumi Mataram.

Keputusan tersebut menuai dukungan dari Pangeran Adipati Arya Mangkunegara atau RM Said yang bergelar Pangeran Sambernyawa. Pangeran Mangkubumi dikenal sebagai panglima perang yang sangat tangguh dan sulit ditaklukkan.

Bersama Pangeran Sambernyawa, Pangeran Mangkubumi berhasil membebaskan beberapa daerah dari cengkeraman VOC.

Keberhasilan membebaskan sejumlah daerah dari cengkeraman VOC itu membuat Pangeran Mangkubumi memiliki pengikut 3.000 prajurit. Pada tahun 1747, jumlahnya meningkat pesat menjadi 13.000 prajurit. Di antara mereka terdapat 2.500 prajurit berkuda. Gerilya menjadi siasat perang Pangeran Mangkubumi untuk menghindari kejaran VOC.

Baca juga: Asale Desa Banyuanyar di Ampel Boyolali: Dulu Ada Sumber Air, Kini Sering Kekeringan

Gerilya

Bumi Sukowati menjadi salah satu tempat bergerilya Pangeran Mankubumi. Dia sempat mendirikan pemerintahan Projo Sukowati di Pandak Karangnongko, Desa Krikilan, Masaran, Sragen. Pendapa yang berdiri di kampung itu dijadikan sebagai pusat pemerintahan Projo Sukowati.

“Lokasi awal berdirinya pendapa itu berjarak sekitar 300 meter dar lokasi sekarang. Karena pendapa di lokasi pertama roboh dan mendesak direnovasi, Bupati Bawono memberi dua pilihan antara memindah permukiman warga selaku ahli waris atau memindah pendapanya. Akhirnya, diputuskan pendapanya yang dipindah dan direnovasi seperti sekarang ini,” ujar anggota komunitas Tilik Ibu Pertiwi (TIP) Sragen, Yoto Teguh Pambudi, yang berkunjung ke Pendapa Mangkubumi di Pandak Karangnongko, Desa Krikilan, Masaran, untuk memeriahkan peringatan Hari Jadi ke-275 Kabupaten Sragen pada Kamis (27/5/2021) lalu.

Karena alasan keamanan, Pangeran Mangkubumi akhirnya meninggalkan pendapa di Pandak Karangnongko itu. Ia kemudian bergerilya ke Gebang yang berjarak sekitar 3 km dari lokasi. Di Gebang, Pangeran Mangkubumi memiliki tempat yang nyaman untuk bersemedi sekaligus bersembunyi dari kejaran pasukan Belanda. Tempat tersebut adalah sebuah gua yang berada di tepi sungai. Gua yang berada di bawah pohon beringin dikenal sebagai tempat pertapaan Pangeran Mangkubumi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya