SOLOPOS.COM - Balai Desa Tunggur, Kecamatan Slogohimo, Wonogiri, Rabu (1/2/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Selain dikaruniai potensi alam pedesaan yang indah, Desa Tunggur di Kecamatan Slogohimo, Wonogiri, memiliki asale atau asal usul penamaan yang cukup unik. Asal usul penamaan itu tidak lepas dari kondisi geografis.

Desa Tunggur diapit dua gunung yakni Gunung Brojo di sisi selatan dan gugusan pegunungan Lawu di sisi utara. Kondisi berbukit itu pula yang menjadi cikal bakal penamaan desa.

Promosi Siap Mengakselerasi Talenta Muda, Pegadaian Lantik Pengurus BUMN Muda Pegadaian

Salah satu perangkat Desa Tunggur, Dhiya Restu Putra, mengatakan berdasarkan literatur dan cerita dari sesepuh desa, penamaan Desa Tunggur diambil dari kata bahasa Jawa tunggur yang berarti bukit atau gundukan pasir.

Dia menjelaskan dalam kamus bahasa Jawa Bausastra: Jarwa Kawi, kata tunggur bersinonim dengan kata tengger yang memiliki arti dhuwur atau tinggi. Selain itu dalam kamus yang sama, tunggur juga diartikan lemah sing dhuwur [tanah yang tinggi].

Cerita asale tersebut sesuai dengan kondisi geografis Desa Tunggur, Slogohimo, Wonogiri, yang memiliki kontur tanah berbukit-bukit atau tidak rata. Ditambah sebagian pemukiman Desa Tunggur berada di lereng kaki Gunung Brojo.

“Ada juga versi lain, menurut simbah-simbah dulu yang berdasarkan kerata basa,” ujar dia. Versi lain penamaan Desa Tunggur berasal dari penggabungan dua kata bahasa Jawa, yaitu watu nganggur (batu menganggur).

Menurut Restu, versi kedua ini tidak bisa dikatakan salah sebab pada kenyataanya banyak bebatuan di Desa Tunggur tidak digunakan. Tidak hanya itu, versi yang lebih akrab di masyarakat, namun tetap berdasarkan kerata basa dari kata tunggur, yaitu untung dan gugur.

Dua kata itu, lanjut Restu, berkaitan dengan masa perjuangan melawan penjajahan. Kata untung dan gugur pada asale nama Desa Tunggur, Wonogiri, itu mengacu pada konteks pilihan pada masa perang yakni merdeka atau mati. 

“Terlepas dari benar atau tidak asal kata itu, dalam peta koleksi digital Perpustakaan Leiden, Belanda, struktur desa berupa pedukuhan di Desa Tunggur sudah terbentuk dan masih sesuai dengan nama yang sekarang,” jelas Restu.

Di peta itu tercatat ada sembilan pedukuhan di antaranya Dukuh Senayu, Tunggur, dan Dondong. Kemudian dukuh-dukuh bergabung menjadi Desa Tunggur. Saat ini, ada empat dusun di Desa Tunggur, yaitu Juron, Tunggur, Senayu, dan Keringan.

Pemerintahan Desa Tunggur terbentuk mulai 1938 dengan lurah pertama bernama Raden Martowarsono yang memerintah selama 20 tahun. “Sampai saat ini sudah ada sembilan kali pergantian kepala desa,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya