SOLOPOS.COM - Makam Eyang Sedho di Dukuh Celep Kirul, RT 22A, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen. (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo)

Solopos.com, SRAGEN — Tidak banyak yang tahu di Desa Celep, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen, terdapat makam seorang tokoh yang sangat erat dengan sejarah berdirinya desa tersebut. Tokoh tersebut bernama Eyang Sedho.

Ia juga diyakini memiliki hubungan dengan Keraton Solo dan berkontribusi besar dalam perjuangan melawan penjajah Belanda.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Makam Eyang Sedho tak seterkenal makam tokoh lain seperti Pangeran Sukowati, atau Pangeran Samudro di Gunung Kemukus. Bahkan, warga setempat pun ada yang tidak tahu adanya Makam Eyang Sedho yang berlokasi di Dukuh Celep ini.

Meski demikian, sebagian warga meyakini Eyang Sedho adalah orang yang memberi nama Desa Celep. Celep artinya adem.

Hal itu seperti yang disampaikan tokoh masyarakat setempat yang juga anggota DPRD Sragen, Thohar Ahmadi. “Orang-orang menyebutnya Eyang Sedho, ia yang memberi nama Desa Celep,” ujarnya saat ditemui Solopos.com di kediamannya, Sabtu (30/7/2022).

Baca Juga: Asale Taman Pakujoyo Sukoharjo, Dulu Lahan Kosong Jadi Wisata Edukasi

Thohar menyebut Eyang Sedho adalah pejuang dan termasuk dalam keturunan trah Derpoyudo. Eyang Sedho merupakan anak ketiga dari Ki Ageng Derpoyudo.

Ki Ageng Derpoyudo awalnya prajurit Keraton Solo. Ia lantas berpihak kepada Pangeran Mangkubumi yang akhirnya menjadi menantunya. Anaknya Ki Ageng Derpoyudo yang bernama Rr Sulastri diperistri Pangeran Mangkubumi dan menjadi permaisuri dengan gelar Kanjeng Ratu Mas. Putranya inilah yang menjadi Sultan Hamengku Buwono II dan turun-temurun menjadi Sultan Yogyakarta.

Eyang Sedho dikenal juga dengan nama Prawiro Mantri (Sedo Perang). “Sedo Perang berarti panglima perang dalam perlawanan penjajahan Belanda,” ungkap salah satu pengurus Masjid Darul Fattah, Juahiril Anwar. Masjid ini berdiri berdampingan dengan Makam Eyang Sedho.

“Makamnya dulu tidak seperti itu, makam ini dibangun sekitar enam tahun yang lalu, Eyang Sedho dulu menyebarkan agama di sini [Dukuh Celep]. Dulu katanya ada rumah dan kandang kudanya. Konon katanya, Eyang Sedho, datang untuk menenangkan diri atau menyepi dari keramaian, ” tambah Anwar yang juga dikenal warga sebagai tokoh agama.

Baca Juga: Asale Desa Kebon Klaten, Dulu Perkebunan Keraton Solo

Menurut Anwar, batu di Makam Eyang Sedho diketahui memiliki kemiripan dengan milik Ki Ageng Nis di Solo. Anwar juga kerap mendampingi penziarah yang ramai datang ke Makam Eyang Sedho setiap malam Jumat Pon.

Banyak peziarah yang datang dari luar Sragen, seperti Klaten, Jawa Timur, bahkan Jakarta. Mereka datang dengan hajat beragam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya