SOLOPOS.COM - Mendoan khas Banyumas. (Liputan6.com)

Solopos.com, BANYUMAS — Salah satu kuliner khas yang ada di kawasan Banyumas, Jawa Tengah adalah tempe kemul atau tempe mendoan. Keunikan dari makanan khas Banyumas ini adalah ukuran yang besar dan dimasak dengan balutan adonan tepung terigu dan beras yang sudah dibumbui dengan aneka rempah.

Tempe ini juga memiliki tekstur yang kenyal dan empuk karena digoreng setengah matang. Cita rasanya hampir sama dengan tempe mendoan pada umumnya. Namun tempe mendoan khas Banyuman cenderung memiliki lapisan tepung yang lebih tebal, yaitu sekitar 3 inchi. Di balik tekstur tempe mendoan yang kenyal dan empuk ini, ada sejarah yang menarik yang patut diketahui.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dilansir dari berbagai sumber, Rabu (1/12/2021), sebenarnya teknik penggorengan kuliner ini diambil dari penamaannya, yakni mendoan yang dalam bahasa Jawa memiliki arti setengah matang. Mendoan jika ditilik dalam bahasa Jawa berasal dari kata mendho yang berarti ungkapan untuk mengatakan “di antara kata mendhak (ke bawah) dan juga mendhuwur (ke atas). Sehingga secara keseluruhan berarti kata medhoan memiliki definisi tanggung atau di tengah-tengah.

Baca Juga: Asale Bahasa Ngapak, Ternyata Dari Suku Kutai di Kalimantan Timur

Selain itu, tempe mendoan pada zaman dulu merupakan makanan cepat saji dengan kearifan lokal, sehingga dimasak setengah matang. Kuliner khas Banyumas ini tercipta dari imigran China pada sekitar abad ke-17 yang memperkenalkan tempe sebagai makanan olahan kedelai.

Tempe mendoan khas Banyumas ini sudah ada sejak lebih dari satu abad dan menjadi komoditas ekonomi yang dikelola secara komersial dalam dunia kepariwisataan sejak awal 1960-an. Makanan ini bukan sekadar kudapan saja, tetapi juga ujung tombak pariwisata di Kabupaten Banyumas.

Secara filosofis, tempe mendoan ini menggambarkan orang Banyumas yang bisa fleksibel dan menyesuaikan diri dengan keadaan. Namun dalam keadaan yang mendesak bisa berubah menjadi kaku seperti kripik yang diajak berselisih, ibarat mau diajak remuk bersama.

Baca Juga: Aji Saka, Nenek Moyang Orang Jawa?

Filosofi ini dikaitkan dengan tkeat pada pahlawan yang berjuang merebut kemerdekaan Indonesia dan terbukti banyak tokoh-tokoh dari Banyumas yang ikut berkontribusi dalam dunia diplosmasi dan kemiliteran negara, di antaranya Jendar Soedirman, Soesilo Soedarman, Soepardjo Roestam dan masih banyak lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya