SOLOPOS.COM - Wilayah Eks Karesidenan Kedu pada 1935 (Instagram/@wisnudewa69)

Solopos.com, MAGELANG Kota-kota yang termasuk bagian eks-Keresidenan Kedu merupakan bagian dari wilayah Jawa Tengah selatan yang mengalami perkembangan pesat pada masa lampau. Walaupun bukan merupakan kota besar pada masanya, eks-Keresidenan Kedu menunjukan peranan yang penting di wilayah Jawa Tengah.

Dilansir dari situs arkeologijawa.kemendikbud.go.id,  Selasa (4/1/2022), eks-Keresidenan Kedu terbentuk pada abad ke-19 dan ke-20. Saat ini wilayah yang termasuk adalah Kota/Kabupaten Magelang, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Kebumen. Secara morfologis, kota-kota tersebut memiliki fakta yang menarik, yakni perkembangan dari waktu ke waktu.

Promosi Tanggap Bencana Banjir, BRI Peduli Beri Bantuan bagi Warga Terdampak di Demak

Baca juga: Berusia 1.114 Tahun, Magelang Kota Tertua di Indonesia?

Kadipaten Kedoe

Dilansir dari sebuah unggahan informasi di akun Facebook, sejarah Keresidenan Kedu sudah dimulai sejak masa lampau di Indonesia. Kedu merupakan sebuah nama kadipaten terkenal dalam peradaban Jawa Kuno, yaitu Kadipaten Kedoe. Wilayah ini merupakan tempat berkembangnya peradaban Jawa Kuno, seperti masa Dinasti Syailendra. Pada perkembangan selanjutnya, Kadipaten Kedu dan menjadi daerah penting dalam sejarah Kerajaan Medang dan menjadi lokasi berdirinya Candi Borobudur yang megah dan menjadi pusat ibadah umat Budha dunia saat ini.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Dikenal Angker, Curug Titang Temanggung Simpan Pesona Alam Ciamik

Pada abad ke-17, wilayah Kedoe sebagai sebuah kadipaten berada di bahwah kekuasaan Kesultanan Mataram. Pada abad ke-19, Kedoe diserahkan kepada VOCada imbalan setelah membantu Kerajaan Mataram melawan pemberontakan. Saat itu, Kedoe dipimpin oleh seorang Residen asal Belanda pada 1816, yaitu Mr. A.M.T de Salis yang juga merangkap sebagai Residen Pekalongan.

Semenjak diangkat seorang Residen, muncul istilah Keresidenan Kedu yang wilayahnya meliputi daerah Magelang dan Temanggung dengan ibu kota di Magelang. Dari sinilah kata Keresidenan muncul sebagai sistem admistratif wilayah yang dibuat pemerintah Hindia Belanda.

Keresidenan Bagelen

Pada 1 Agustus 1901, Keresidenan Bagelen yang meliputi Kabupaten Purworejo, Kabupaten Semawung (Kutoarjo), Kadipaten Kutowinangun, Kabupaten Remo Jatinegara, dan Kabupaten Urut Sewo/Ledok (Wonosobo) digabungkan dengan Karesidenan Kedoe. Namanya pun melebur menjadi Keresidenan Kedoe Bagelen dengan tetap menempatkan Magelang sebagai ibu kota dan cakupan wilayah ini berlaku hingga jaman kemerdekaan.

Baca Juga: Asale Orang Jawa, Keturunan Siapa?

Di masa kemerdekaan, wilayah Kedu ini kemudian hanya disebut sebagai Keresidenan Kedu dengan mengangkat Residen orang Indonesia. Beberapa kabupaten digabungkan dan ada yang diganti namanya, seberti Kabupaten Purworejo dan Semawung menjadi Kabupaten Purworejo.

Kabupaten Kutowinangun dan Kabupaten Remo Jatinegara menjadi Kabupaten Kebumen. Sedangkan Kabupaten Urut Sewo/Ledok menjadi Kabupaten Wonosobo. Di antara residen lokal yang diangkat, yang paling terkenal adalah Muhammad Saleh Werdisastra yang diangkat pada 1960.

Pada masa pemerintaha Orde Baru, sistem Karesidenan dihapus dan secara admistratif menjadi Pembantu Gubernur Jawa Tengah untuk Wilayah Kedu. Pada masa reformasi hingga sekarang, diubah lagi menjadi Pembantu Gubernur Wilayah II, yaitu Kedu dan Surakarta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya