SOLOPOS.COM - Warga beraktivitas di kawasan Kedung Boyo di Desa Glonggong, Nogosari, Boyolali. (Solopos-Nadia Lutfiana Mawarni)

Solopos.com, BOYOLALI -- Kedung Boyo yang terletak di Desa Glonggong, Kecamatan Nogosari, Boyolali, merupakan bangunan warisan penjajah Belanda.

Bangunan tersebut berfungsi membendung aliran air dari Kali Cemara yang melintasi beberapa kecamatan di Boyolali di antaranya Simo, Andong, dan Nogosari, kemudian mengalirkannya ke lahan-lahan pertanian warga.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Di Nogosari, aliran air dari Kedung Boyo masih dimanfaatkan petani di berbagai desa seperti Desa Pulutan, Desa Rembun, dan Desa Glonggong.

Bayan Pulutan, Pariman, bercerita wilayah Nogosari dulunya menjadi sentra pertanian Boyolali. Kedung itu kemudian dibangun sebagai infrastruktur irigasi teknis mengingat di wilayah ini semua sawah merupakan tadah hujan.

Pembangunannya dilakukan sejak akhir 1800-an dengan melibatkan ratusan warga pribumi. Awalnya lokasi Kedung Boyo yang asli dikonstruksi Belanda berada di bawah Kedung Boyo yang dikenal sekarang.

Pembangunannya menggunakan batu-bata merah.

“Saat ini bangunan yang asli sudah tidak bisa digunakan, sudah hancur hanya tinggal sedikit bekasnya, maka dari itu dibangun lagi bendungan dengan fungsi yang mirip di atasnya,” tutur Pariman, Jumat (26/7/2019).

Saat pembangunan Kedung Boyo di masa Belanda, pekerja pribumi banyak yang meninggal dunia.

Penyebabnya bermacam-macam, ada yang jatuh ke sungai hingga kelelahan karena kekurangan bahan pangan. Oleh sebab itu, setelah selesai bangunan tersebut diberi nama Kedung Boyo, yang berarti kedung yang berbahaya.

“Bahayanya ya karena memakan banyak korban,” imbuh Pariman.

Sayang, Kedung Boyo rusak pada tahun 1965-an berdekatan dengan meletusnya peristiwa G30S PKI. Namun tidak diketahui secara pasti penyebab kerusakan tersebut.

Tidak lama setelahnya, Kedung Boyo dibangun ulang menjadi Kedung Boyo yang dikenal hari ini.

Sempat tidak memiliki penjaga, pada 2012 lalu Kedung Boyo identik dengan tempat perbuatan tidak senonoh. Hal ini lantaran tempatnya yang cukup jauh dari kawasan permukiman.

Untuk mencapainya, diperlukan waktu sekitar 10 menit dari Kantor Desa Glonggong ke arah utara dengan berkendara sepeda motor melewati kawasan perkebunan jati.

Namun kini stigma buruk ini coba diubah oleh warga desa setempat. Awal tahun lalu, kerja bakti dilakukan untuk mengubah Kedung Boyo menjadi tempat swafoto dengan latar aliran sungai cukup deras dan pemandangan hijau perkebunan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya