SOLOPOS.COM - Salah satu pantai di Kabupaten Kebumen dengan garis horizon yang memikat (Instagram/@dolan.kebumen)

Solopos.com, KEBUMEN —  Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah adalah salah satu dari rangkaian daerah di kawasan eks-Keresidenan Kedu. Kabupaten ini kaya akan peninggalan geologis yang menjadi sarana penelitian memahami masa lampau. Berdasarkan ilmu geologi, Kabupaten Kebumen adalah lantai dasar dari Pulau Jawa.

Dengan ditemukannya banyak peninggalan purba atau geologis ini, ada yang mengkaitkan dengan asal-usul penamaan Kebumen dengan Bumi. Namun sebenarnya penamaan Kebumen ini berawal dari sejarah yang tidak berkaitan dengan geologi, melainkan konflik yang terjadi pada masa Kerajaan Mataram Islam.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dihimpun dari Wikipedia, Selasa (11/1/2022), Kebumen awalnya merupakan kadipaten yang menyatu dengan Kesultanan Cirebon (1430-1677). Saat itu, daerah tersebut dinamakan Panjer.  Nama Kebumen konon berasal dari kata kabumian yang berarti tempat tinggal Kyai Bumi. Hal ini terjadi setelah dijadikan daerah pelarian Pangeran Bumidirja atau Pangeran Mangkubumi dari Kerajaan Mataram Islam pada 26 Juni 1677 di era kekuasaan Sunan Amangkurat I.

Baca juga: Pantai Menganti Kebumen, New Zealand-nya Indonesia

Kyai Bumi dan Asale Kebumen

Dilansir dari Kebumenkab.go.id, Pangeran Bumidirja atau Pangeran Mangkubumi adalah salah seorang Punggawa Keraton Matalam Islam yang merupakan adik Sultan Agung Hanyokrokusumo. Pada masa pemerintahan Sunan Amangkurat I, Pangeran Bumidirja melihat banyak kezaliman, salah satunya afiliasi Sunan Amangkurat I dengan VOC (Kolonial Belanda).

Melihat hal itu, Pangeran Bumidirja tidak setuju dan memperingatkan Sunan Amangkurat I yang sudah melanggar keadilan dan bertindak zalim. Karena peringatannya tidak digubris oleh Sunan Amangkurat I, maka Pangeran Bumidirja memutuskan pergi meninggalkan keraton dan melakukan perjalanan menuju ke arah barat.

Dalam pelariannya, Pangeran Bumidirja tiba di daerah yang bernama Panjer yang sekarang disebut sebagai Kebumen. Di sana, Pangeran Bumidirja mendapat hadiah tanah dari penguasa Panjer saat itu, yakni berupa tanah di sebelah utara kelokan sungai Luk Ulo. Pada masa itu juga, dibangunlah sebuah padepokan sebagai tempat mengajar dan tempat tinggal Pangeran Bumidirja.

Baca juga: Ada Harta Karun Mataram Kuno di Geopark Karangsambung

Dari situlah, Pangeran Bumidirja dikenal dengana nama Kyai Bumi dan kemudian daerah itu dikenal Kabumian dan akhirnya berubah menjadi Kebumen. Jika dilihat dari kisah tersebut, penamaan Kebumen berawal dari kisah perginya Pangeran Bumidirja dari Kerajaan Mataram Islam yang saat itu dikuasai oleh Sunan Amangkurat I ke tanah Panjer pada 26 Juni 1677.

Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, guna mempermudah keadministrasian, Pemerintah Hindia Belanda menggabungkan Kabupaten Kebumen dengan Karanganyar Barat menjadi satu dengan nama Kabupaten Kebumen.

Penggabungan ini tercatat dalam lembaran negara Hindia Belanda tahun 1935 nomor 629 dan sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Jendral De Jonge Nomor 3, tanggal 31 Desember 1935 dan berlaku mulai 1 Januari 1936. Tanggal tersebut dijadikan sebagai patokan haru jadi Kabupaten Kebumen yang dirayakan setiap tahunnya. Sejak masa berdirinya, Kabupaten Kebumen telah memiliki Tumenggung/Adipati/Bupati sebanyak 29 kali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya