SOLOPOS.COM - Pegiat dari Komunitas Pemerhati Cagar Budaya Klaten memeriksa salah satu yoni peninggalan dari era Mataram Kuno di Desa Jemawan, Kecamatan Jatinom beberapa waktu lalu. (Istimewa - KPCB)

Solopos.com, KLATEN — Desa Jemawan, Kecamatan Jatinom, Klaten berada di wilayah perbatasan dengan Kecamatan Ngawen. Sebagian warga di sekitar Jatinom lebih mengenal desa tersebut dengan sebutan Bawan. Asal usul atau asale sebutan itu tak terlepas dari sejarah panjang Desa Jemawan di Klaten yang kini memiliki 15 dukuh tersebut.

Jemawan diperkirakan sudah ada sejak era Kerajaan Mataram Kuno antara Abad ke-8 hingga ke-10 masehi. Nama Bawan kali pertama ditemukan pada prasasti batu berbentuk lingga semu. Prasasti itu ditemukan di Dukuh Mao Desa Jambeyan, Kecamatan Karanganom, tak jauh dari desa yang kini secara administrasi bernama Jemawan. Prasasti itu dikenal dengan nama Prasasti Abhayananda lantaran isi prasasti menyebutkan nama Bihara Abhayananda.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Isi prasasti dialihaksarakan oleh Soekarto K. Atmodjo. Dari alih aksara isi prasasti diketahui bahwa pada Jumat Wage hari ke-10 paro terang bulan Bhadrawada tahun 748 saka, Istri Rakai Bawan membatasi sima berupa sawah seluas 4 tampah yang sawah tersebut hasilnya untuk Bihara Abhayananda.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca juga: Asale Kampung Kalangan Jebres Solo, Bekas Pemukiman Wong Kalang?

Anggota Komunitas Pemerhati Cagar Budaya (KPCB) Klaten, Hari Wahyudi, dalam tulisannya berjudul Jemawan dari Waktu ke Waktu mengatakan Prasasti Abhayananda memiliki banyak keistimewaan. Prasasti itu merupakan prasasti batu pertama yang berbentuk lingga semu yang pernah ditemukan di Indonesia.

Perempuan Pertama

Istri Rakai Bawan merupakan perempuan pertama yang mengeluarkan prasasti dalam sejarah Indonesia. Prasasti pada masa itu hanya dikeluarkan oleh raja dan keluarga raja, pejabat tinggi kerajaan dan pemimpin daerah atas atas persetujuan raja atau keluarga raja. Hari menjelaskan dari prasasti itu nama Bawan sudah ada sejak tahun 748 Saka. Jika dikonversi, daerah Bawan sudah ada sejak Jumat Wage tanggal 17 Agustus 826 Masehi.

Prasasti pada masa Mataram Kuno menjadi penanda yang sangat penting. Prasasti berhubungan dengan status tanah pada masa itu. Prasasti Abhayananda menunjukkan pejabat dari Bawan menjadikan sebidang sawah seluas 4 tampah atau sekitar 2,8 hektare (ha) menjadi perdikan. Sebagai informasi, perdikan berarti daerah yang dibebaskan dari kewajiban membayar pajak. “Secara otomatis saat itu [dikeluarkannya Prasasti Abhayananda], Bawan sudah menjadi perdikan dan letak sawah yg dijadikan sima diperkirakan di daerah Mao,” kata Hari saat dihubungi Solopos.com, Jumat (25/2/2022).

Baca juga: Asale Sapuangin dan Kisah Sepasang Pengantin di Kemalang, Klaten

Hari menuturkan banyak bukti fisik yang menunjukkan ada permukiman kuno di kawasan yang kini bernama Jemawan. Batu lumpang, batu lesung, serta batu pipisan menunjukkan adanya permukiman. Selain itu ada yoni, batu lingga patok yang menjadi bagian dari tempat pemujaan bisa berupa candi dan lainnya. “Jadi di Desa Jemawan ada permukiman dan ada tempat pemujaannya. Hanya saja sampai sekarang belum diketahui letaknya dimana,” kata dia.

Kepala Desa Jemawan, Joko Purnomo, mengatakan hingga kini warga masih kerap menyebut nama Jemawan dengan Bawan. Dia pun tak tahu pasti sejak kapan nama Bawan berubah menjadi Jemawan. “Mungkin karena pengaruh-pengaruh pada masa kolonial Belanda hingga daerah di sini disebut dengan nama Jemawan. Kalau dalam penyebutannya lebih mudah dengan Bawan,” ungkap dia.

Joko menjelaskan Prasasti Abhayananda kini disimpan di Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah. Hingga kini, peninggalan-peninggalan dari era Mataram Kuno masih ada di Jemawan. “Kalau dulu saat saya masih kecil era 1980-an, itu masih banyak batu-batu candi termasuk arca,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya