SOLOPOS.COM - Suasana goa raja di lereng gunung Merbabu, Desa Samiran, Kecamatan Selo, Kamis (4/11/2021). (Cahyadi Kurniawan/Solopos)

Solopos.com, BOYOLALI — Berjalan sekitar satu setengah kilometer dari patung Pakubuwono VI (PB VI) di Jl. Solo-Selo-Boyolali, tepatnya di Desa Samiran, Kecamatan Selo, ada sebuah goa. Warga setempat menyebutnya sebagai goa raja.

Goa raja berlokasi di lereng gunung Merbabu. Ada jalan cor selebar sekitar 2 meter yang bisa dilalui mobil hingga lokasi parkir di bawah goa raja. Untuk mencapai lokasi goa, seseorang harus melanjutkan perjalanan menaiki jalan setapak yang kini sudah dicor. Jalan ini agak licin dan berlumut karena dikelilingi oleh tanaman tinggi termasuk sebuah rumpun bambu besar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tepat diujung jalan setapak ini ada cekungan kecil di dinding bukit. Cekungan inilah yang dinamai goa raja. Di dekat cekungan itu terlihat beberapa bekas sesaji dan minuman kopi di wadah cangkir plastik. Melihat dari dekat, batu-batu di sekitar cekungan atau goa raja banyak coretan aksi vandalisme.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: BPCB Jateng Lanjutkan Teliti Situs Watu Genuk Kragilan Boyolali

Putri mendiang PB XII, GKR Koes Moertiyah Wandansari atau Gusti Moeng, menceritakan goa raja dulunya merupakan tempat tapa brata atau semedi raja PB VI dan Pangeran Diponegoro. Di sanalah kedua tokoh nasional bangsa Indonesia ini mengatur strategi melawan Belanda.

“PB VI kalau dari Sultan Jogja ke-2 itu masih trah Hamengku Buwono II. PB VI membantu perjuangan Pangeran Diponegoro,” kata Moeng, di sela-sela peresmian patung PB VI di Simpang PB VI, Kecamatan Selo, Kamis (4/11/2021).

Dari goa raja, PB VI dan Diponegoro bergelirya hingga hutan Krendowahono. Keduanya ditangkap oleh Belanda di daerah Wedi, Klaten. Belanda mengasingkan keduanya ke Halmahera.

Baca Juga: Simpang PB VI Selo Boyolali Habiskan Anggaran Rp7,4 Miliar

Kemudian, Belanda memisahkan PB VI dan Diponegoro. PB VI diasingkan ke Ambon, sedangkan Pangeran Diponegoro ke Makassar. PB VI meninggal di Ambon. Kemudian, pada 1957, makam PB VI dipindahkan ke Imogiri.

“Lanjut sampai meninggal di Ambon ditembak oleh Belanda karena enggak mau menyerahkan negara. Ini menjadi teladan bagi kita semua,” ujar Moeng.

Jejak petilasan PB VI di goa raja inilah kemudian di kawasan tersebut dibangun patung PB VI setinggi 3,5 meter. Patung ini menjadi ikon baru kawasan Selo di jalur Solo-Selo-Boyolali.

Hingga kini, situs goa raja ini masih terawat dengan baik. Meski demikian, warga setempat tidak banyak mengekspos keberadaan goa raja kepada publik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya