SOLOPOS.COM - Pengguna jalan melintas di persimpangan Dusun Kembar, Desa Pandan, Kecamatan Slogohimo, Kabupaten Wonogiri, Jumat (29/1/2021). (Istimewa)

Solopos.com, WONOGIRI – Objek Wisata Pasar Doplang, Kecamatan Slogohimo, Wonogiri sudah dikenal masyarakat Wonogiri dan sekitarnya. Tempat wisata yang khusus menyajikan kuliner dan penganan tradisional Wonogiri terdapat di Dusun Kembar RT 002/RW 001, Desa Pandan.

Meski demikian, belum banyak yang mengetahui bahwa dusun tersebut awalnya bernama Wungu Kembar. Nama itu diadopsi dari nama pohon, yakni wungu. Pohon tersebut berjumlah dua identik, sehingga disebut kembar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Bahkan, saat  ini warga setempat lebih mengenal dusun tersebut dengan sebutan Wungu Kembar dari pada Kembar. Fosil pohon itu masih ada di tengah Sungai Mili Lencir Jilakan dusun bersangkutan.

Baca juga: Pasar Dhoplang Wonogiri, Surga Kuliner Jadul yang Haramkan Plastik

Ekspedisi Mudik 2024

Tokoh masyarakat dusun setempat, Yasin Mustofa, 53, kepada Soloppos.com, Kamis (28/1/2021), menceritakan berdasar kisah yang dia dapatkan dari orang “pintar” di dusunnya, orang yang memberi nama Wungu Kembar adalah Sunan Kalijaga.

Ketua RT 002/RW 001 Kembar itu menyebut menurut sumbernya dusunnya berdiri ppada  masa Kasultanan Demak Bintoro pemerintahan Raden Patah pada 1466 masehi atau 887 hijriyah atau 1388 aboge/kalender Jawa.

“Berdirinya Wungu Kembar bersamaan dengan berdirinya Masjid Agung Demak [Jawa Tengah], Dam Semurup di Melikan, dan rumah tiban di Cale [keduanya nama lawas dusun di Kecamatan Jatisrono],” kata Yasin saat dihubungi Solopos.com.

Baca juga: Mobil Lazismu Jepara Terguling di Tol Sragen, Begini Kondisinya

Sunan Kalijaga

Suatu ketika Sunan Kalijaga berjalan di hutan. Dia melihat dua pohon wungu yang identik. Sesaat kemudian Sunan Kalijaga menyatakan apabila di masa yang akan datang menjadi permukiman, kawasan tersebut diberi nama Wungu Kembar.

Di dalam kawasan itu terdapat spot atau petak-petak yang juga diberi nama, meliputi Wates, Rowo, Mili Lencir, Kopen, Gedangan, Gandrung, dan Doro. Nama-nama tersebut masih dikenal warga dusun hingga sekarang. Spot itu saat ini seperti dusun di dalam dusun, meski secara administratif hanya ada satu dusun, yakni Dusun Kembar.

“Wates, Kopen, Mili Lencir, dan lainnya itu di dalam kampung Wungu Kembar [Dusun Kembar] semua,” imbuh Yasin.

Baca juga: RS Rujukan Covid-19 Mulai Kolaps, Ini Pesan Menko PMK Saat Berkunjung ke Solo

Seiring berjalannya waktu kawasan Wungu Kembar menjadi permukiman. Dari waktu ke waktu warga yang menetap semakin banyak. Suatu ketika ada orang yang menanam pohon beringin di tengah kampung. Saat ini pohon itu dikenal dengan nama beringin geger.

Masa berganti masa hingga terbentuk pemerintahan. Nama Wungu Kembar berubah menjadi Kembar saja. Yasin tak mengetahui secara pasti alasan mengapa pemerintahan saat itu menghilangkan kata wungu.

“Sampai sekarang warga tahunya masih nama lawas, yakni Wungu Kembar,” ulas Yasin.

Dia mengaku mendapatkan cerita tersebut sejak masih remaja. Dia tak pernah membukukan kisah itu, tetapi masih hafal. Menurut dia masih banyak cerita yang melatarbelakangi penamaan lokasi tertentu di Desa Pandan. Yasin berharap ke depan ada generasi yang mendokumentasikan cerita rakyat di Dusun Kembar agar tidak punah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya