SOLOPOS.COM - Patung kuda putih di simpang tiga jalan di Desa Pondok, Kecamatan Nguter, Sabtu (23/1/2021). (Solopos/Bony Eko Wicaksono)

Solopos.com, SUKOHARJO – Asal usul Desa Pondok, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, tak lepas dari perjalanan sejarah peperangan pada zaman kerajaan dulu. Lokasi Desa Pondok tidak jauh dari pusat kota Kabupaten Sukoharjo.

Secara administratif, wilayah desa ini berbatasan langsung dengan Kelurahan Begajah, Kecamatan Sukoharjo. Sebagian wilayah desa merupakan lahan pertanian produktif dan menjadi salah satu lumbung padi di Kabupaten Sukoharjo.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Masyarakat setempat mayoritas bermatapencaharian sebagai petani. Namun, banyak pula warga setempat yang bekerja sebagai pedagang hingga pegawai negeri sipil (PNS).

Baca juga: Buah-Buahan untuk Jaga Daya Tahan Tubuh

Cerita rakyat yang berkembang dari mulut ke mulut menggambarkan kisah perjalanan hidup Kyai Anggamaya dan pengikutnya di Desa Pondok, Sukoharjo. Kala itu, Kyai Anggamaya dan pengikutnya terlibat perang selama berhari-hari di sisi timur Sungai Bengawan Solo. Peperangan itu menewaskan beberapa pengikut Kyai Anggamaya.

Dalam peperangan itu, Kyai Anggamaya juga mengalami luka di sekujur tubuhnya. Lantaran terdesak Kyai Anggamaya mundur dan melarikan diri menyeberangi Sungai Bengawan Solo.

"Saat itu, Kyai Anggamaya dan pengikutnya beristirahat di hamparan tanah yang dikelilingi semak belukar. Wilayah itu hanya ditumbuhi pohon-pohon tinggi dan besar," kata sesepuh Desa Pondok, Sukarto, saat berbincang dengan Solopos.com, Sabtu (23/1/2021).

Baca juga: Amis Lur! Truk Bermuatan Telur Ayam Terguling di Dekat Rumah Sakit di Solo Baru

Kyai Anggamaya

Para pengikut Kyai Anggamaya beristirahat sembari memulihkan kondisi fisik yang terkuras setelah melakukan perjalanan panjang hingga berhari-hari. Mereka juga merawat Kyai Anggamaya yang menderita luka di tubuhnya. Mereka mengobati luka yang diderita Kyai Anggamaya selama berhari-hari.

Suatu hari, kondisi Kyai Anggamaya makin parah. Dia tak mampu berjalan dan hanya duduk di bawah pohon rindang.

"Kyai Anggamaya meninggal dunia setelah dirawat pengikutnya selama berhari-hari. Jenazah Kyai Anggamaya dimakamkan di sekitar tanah lapang tersebut," ujar dia.

Baca juga: Asale Dusun Stabelan Boyolali di Lereng Gunung Merapi, Dulu Perkebunan Kopi?

Lantaran pimpinannya meninggal dunia, para pengikut Kyai Anggamaya pergi dan berpencar untuk bersembunyi dari kejaran musuh. Mereka telah merampungkan tugas merawat pimpinannya hingga meninggal dunia. Hingga sekarang, belum diketahui asal kerajaan Kyai Anggamaya dan pengikutnya.

Konon, nama Desa Pondok di Nguter Sukoharjo berasal dari bahasa Jawa, yakni mondhok yang bermakna menginap. Kyai Anggamaya dan pengikutnya menginap selama beberapa hari di wilayah tersebut.

"Petilasan Kyai Anggamaya terletak di tengah permukiman penduduk. Dahulu, sebagian bedar wilayah Desa Pondok merupakan hutan belantara. Lambat laun, banyak masyarakat yang menetap dan berubah menjadi permukiman," papar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya