SOLOPOS.COM - Pengguna jalan melewati jalan perdesaan di Desa Wirun, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, Jumat (25/11/2016). (Bony Eko Wicaksono/JIBI/Solopos)

Asal usul, Desa Wirun diberi nama berdasarkan kisah orang sakti yang membunuh banteng dengan tangan kosong.

Solopos.com, SUKOHARJO — Desa Wirun terletak di Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. Wilayah Desa Wirun termasuk permukiman padat penduduk lantaran lokasinya tak jauh dari Kota Solo.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Selama ini, Desa Wirun dikenal sebagai sentra industri gamelan. Sebagian masyarakat mengandalkan penghasilan sebagai pengrajin gamelan.

Order gamelan tak hanya berasal dari pasar domestik melainkan juga mancanegara seperti Belanda dan Austria. Perkembangan industri gamelan makin menggeliat dari tahun ke tahun.

Di balik geliatnya pertumbuhan ekonomi, Desa Wirun mempunyai sejarah yang cukup menarik. Nama Desa Wirun berasal dari bahasa Jawa yang terdiri atas “wi” yang bermakna orang yang mempunyai kemampuan lebih atau sakti dan “run” yang bermakna keturunan.

Konon, cikal bakal Desa Wirun berkaitan erat dengan Kerajaan Majapahit. Tak sedikit pejabat atau penggawa kerajaan melarikan diri ke daerah lain setelah runtuhnya Kerajaan Majapahit. Mereka mencari lokasi persembunyian di hutan belantara atau rawa-rawa.

“Para penggawa itu bertapa di tengah hutan belantara. Kala itu, pepohonan yang tumbuh di hutan sangat lebat sehingga masyarakat jarang masuk ke dalam hutan,” kata seorang sesepuh Desa Wirun, Sukardi, 65, saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat (25/11/2016).

Mereka bertapa di dalam hutan selama berbulan-bulan. Pada suatu hari, tiba-tiba muncul seekor banteng besar yang masuk ke dalam hutan. Banteng itu langsung menyerang seorang penggawa hingga mengakibatkan luka di dadanya.

Penggawa itu terlibat pertarungan sengit dengan banteng yang mengusiknya saat bertapa. Punggawa itu memukul banteng dengan tangan kosong hingga banteng itu mati.

“Hanya sekali pukul dengan tangan kosong banteng langsung mati. Penggawa itu juga meninggal dunia saking banyaknya darah yang keluar,” ujar dia.

Kabar pertarungan sengit antara penggawa kerajaan dan banteng itu tersebar ke masyarakat yang berdomisili di pinggir hutan. Mereka lantas memberanikan diri masuk ke dalam hutan belantara.

Setelah menemukan jenazah penggawa itu, masyarakat lantas menguburnya tak jauh dari hutan. Masyarakat juga mengubur bangkai banteng yang mati akibat pukulan tangan kosong penggawa.

“Tak mungkin hanya pertapa biasa bisa membunuh banteng besar hanya dengan tangan kosong. Penggawa yang meninggal dunia itu punya ilmu sakti.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya