SOLOPOS.COM - Perlintasan KA Mbah Ruwet di Ceper, Klaten, Jawa Tengah. (Detik.com)

Solopos.com, KLATEN – Perlintasan kereta api di perbatasan Desa Jombor dan Pokak, Kecamatan Ceper, Klaten, Jawa Tengah, memiliki sekelumit kisah tragis. Perlintasan KA di Klaten tersebut dikenal dengan nama Mbah Ruwet.

Perlintasan tersebut menjadi jalur alternatif penghubung jalan Jogja-Solo ke Kecamatan Pedan. Jika dilihat sekilas, perlintasan itu tidak terlihat ruwet karena berada di jalan lurus dengan lebar sekitar enam meter. Perlintasan KA Mbah Ruwet di Klaten itu selalu ramai dilalui kendaraan.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Kondisi perlintasan KA itu cukup aman, karena ada pos jaga linmas desa di sisi utara. Ada juga portal bambu yang dipasang untuk menutup perlintasan saat kereta api melintas.

Baca juga: Siap-Siap! Pedagang Pasar di Solo Segera Divaksin Covid-19

Ekspedisi Mudik 2024

Perlintasan Mbah Ruwet

Lantas, mengapa perlintasa KA tersebut diberi nama Mbah Ruwet?

Penjaga palang pelintasan, Sutarno, 62, mengatakan Mbah Ruwet diberikan warga karena di lokasi sering terjadi pertemuan KA dari dua arah.

"Namanya Mbah Ruwet sebab di sini sering papasan (bertemu) dua kereta api melintas berlawanan. Jadi ruwet dan sering terjadi kecelakaan," ungkap Sutarno, seperti dikutip dari Detik.com, Minggu (21/2/2021).

Sutarno mengatakan, dulu lokasi tersebut rawan kecelakaan. Karena berada di tengah sawah, lintasan itu dulunya jarang dilalui orang karena takut begal.

"Dulu tidak aman banyak begal. Sekarang sudah ramai banyak pabrik," jelas Sutarno.

Baca juga: Cerita Ustaz Zacky Mirza Soal Hubungan Nissa Sabyan & Ayus

Sutarno menambahkan, perlintasan KA Mbah Ruwet Klaten yang berada di sebelah barat desanya itu rawan kecelakaan karena tidak ada portal dan penjagaan linmas.

Warga Dusun Kasaran, Desa Pokak, Kecamatan Ceper, Klaten, Wiji, 67, mengatakan perlintasan KA itu diberi nama Mbah Ruwet karea rawan kecelakaan.

"Dulu sering ada kejadian kecelakaan sebelum diberi palang dan penjaga. Ada yang pejalan kaki, mobil, motor bahkan gerobak sampah, pokoknya rawan," ucap Wiji.

Baca juga: Tertabrak KA Argowilis, Warga Makamhaji Sukoharjo Meninggal

Kecelakaan tragis terjadi pada 2009 yang dialami bus pengangkut rombongan pengantin dari Sragen. Kecelakaan itu menewaskan 15 orang. Bus nahas tersebut mengalami kecelakaan ditabrak kereta.

"Korban banyak, lebih 15 orang meninggal. Bus mengantar pengantin pria ke Dusun Sragon di selatan rel, tapi sudah lewat lintasan malah putar ke utara dan lewat lagi ke lintasan tapi macet di tengah sehingga ditabrak kereta," ungkap Sutarno.

Baca juga: Ini Loh Fungsi Luweng di Pracimantoro Wonogiri yang Hilang

Saat kecelakaan itu terjadi, ada kereta api melintas dari utara. Namun kala itu rekan Sutarno mengamankan jalan di timur rel.

"Saat itu ada kereta dari selatan ke utara dan berdiri terlalu dekat lalu terseret. Ini belum ada 1.000 harinya (almarhum)," pungkas Sutarno.

Setelah kejadian itu, Pemkab Klaten menugaskan perlintasan KA Mbah Ruwet dijaga. Berkat penjagaan itu, kecelakaan di sana berkurang.

"Alhamdulillah setelah dijaga kecelakaan berkurang. Tapi masih ada juga malah teman kami Sunarto tahun 2019 juga tersambar," cerita Sutarno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya