SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, SUKOHARJO</strong> — Di <a title="Sukoharjo Bakal Terapkan Smart City 2018" href="http://soloraya.solopos.com/read/20180428/490/913050/sukoharjo-bakal-terapkan-smart-city-2018">Sukoharjo </a>&nbsp;ada suatu dukuh bernama Kedunggudel. Lokasinya di Kelurahan Kenep, Kecamatan/Kabupaten Sukoharjo. Sebelum sampai Jembatan Banmati atau empat kilometer dari arah Sukoharjo kota berbelok kanan menelusuri jalan kampung. Di situlah tempatnya.</p><p>Menurut tokoh masyarakat setempat, Sehono, Kedunggudel merupakan sentra perekonomian masyarakat karena di sana banyak penusaha jenang, batik, hingga perusahaan jamu dan kosmetik. Tak jauh dari Pasar Rakyat Kedunggudel ada masjid yang <a title="Asal Usul: Asale Desa Giriroto, Kampung Leluhur Presiden Jokowi" href="http://soloraya.solopos.com/read/20180421/492/911888/asal-usul-asale-desa-giriroto-kampung-leluhur-presiden-jokowi">sejarahnya </a>&nbsp;bisa dirunut sampai ke zaman perang Diponegoro melawan penjajah Belanda.</p><p>Masjid tersebut bernama Darussalam. "Keberadaan masjid sudah ada sejak penjajahan Belanda. Pada masa perang Pangeran Diponegoro masjid ini menjadi tempat persembunyian sehingga Belanda tidak mampu menghancurkannya," katanya.</p><p>Dia menyatakan saat perang Diponegara tahun 1825-1830, Raja <a title="Atap Gedong Kereta Keraton Solo Ambrol" href="http://soloraya.solopos.com/read/20180425/489/912668/atap-gedong-kereta-keraton-solo-ambrol">Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat</a>, Paku Buwono (PB) VI, pernah bertapa di Kedunggudel. "Saat itu juga berlangsung pertemuan Sinuhun [PB VI] dengan Pangeran Diponegoro. Musyawarah ini sering dilakukan di masjid untuk membangun konspirasi melawan penjajah. Namun hal itu tercium tentara Belanda dan Kedunggudel dibumihanguskan."</p><p>Dia bercerita tidak ada literatur tertulis mengenai kisah tersebut. Tetapi berdasarkan sejarah lisan dan jejak peninggalan menyebut Kedunggudel sudah ada sejak masa sebelum kemerdekaan.</p><p>"Pernah Belanda mencoba menghancurkan Masjid Kedunggudel [Darussalam] dengan senjata canon tetapi tidak meletus. Alhasil masjid menjadi benteng aman bagi pejuang Indonesia."</p><p>Bangunan Masjid Darussalam tampak kuno dikeliling dinding tembok dengan dua daun pintu. Tiang di dalam masjid ada 16, sama dengan Masjid Demak. Tiang-tiang masjid itu dari kayu jati bulat utuh dengan ketinggian enam meter hingga delapan meter. Di serambi masjid juga terdapat tiang berjumlah delapan. Suasana sejuk terasa saat masuk ke masjid.</p><p>Atap eternit masjid tampak rapi dengan gelagar kayu tertata sehingga menambah keasrian ornamen masjid. "Ada perpaduan budaya di setiap ornamen masjid. Keragaman ini menunjukkan peradaban manusia yang utuh tidak membedakan asal usul, yang terpenting guyub dan damai."</p><p>Salah seorang pengurus masjid yang juga ahli akunpuntur ini menyatakan tiga kali Masjid Darussalam direhab untuk menyesuaikan kondisi. "Wilayah ini pernah banjir sehingga bangunan masjid ditinggikan agar tidak tergenang. Sudah tiga kali renovasi, terakhir mengganti satu tiang berukuran tinggi delapan meter. Namun mencari bahan kayu jati utuh setinggi delapan meter sulit, meskipun dananya ada."</p><p>Akhirnya dicarikan pohon jati utuh tetapi menjadi dua bagian masing-masing panjang empat meter. "Masjid ini ada sejak abad ke-14. Artefak unik dan tatanan mimbarnya berlambang bunga Wijayakusuma. Seseorang yang sudah menjadi imam diharapkan mampu menghidup dan memakmurkan masjid."</p><p>Sehono menjelaskan awalnya masjid beratap sirap sehingga warga Kedunggudel menyebutnya sebagai masjid tiban. Pada 1916, atap masjid diganti dari sirap dengan genting dan tiang di serambi ditinggikan.</p><p>"Pada tahun itu [1916] Kedunggudel memiliki Madrasah Muhamadiyah yang dipelopori K.H. Asnawi didukung Kiai Demang, Kiai Dul Rozak, Kiai Imam Muhadi. Pada 1922, Kedunggudel dianggap sebagai basis Muhammadiyah untuk Solo bagian selatan."</p><p>Masjid Kedunggudel ini, menurut Sehono, juga pernah menjadi tempat Muktamar pertama Muhammadiyah.</p><p><br /><br /></p>

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Ekspedisi Mudik 2024
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya