SOLOPOS.COM - Sejumlah siswa SD setempat melintas di depan Kantor Kelurahan Gawanan, Kecamatan Colomadu, Karanganyar, Jumat (21/4/2017). (Iskandar/JIBI/Solopos)

Asal-usul nama Desa Gawanan, Colomadu, Karanganyar, konon dari kata “nggawa”.

Solopos.com, KARANGANYAR — Asal mula nama suatu kawasan atau daerah acap kali dikaitkan dengan peristiwa atau kejadian yang terjadi di kawasan tersebut pada masa lampau. Tak terkecuali Desa Gawanan, Kecamatan Colomadu, Karanganyar.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kawasan yang berada satu kilometer di sebelah timur laut Kantor Kecamatan Colomadu dan mempunyai luas wilayah kira-kira 131,3 hektare itu dulu merupakan kawasan hutan yang masih sepi. Apalagi di sebelah utara desa terdapat Sungai Pepe yang cukup besar sehingga membatasi wilayah Gawanan dengan Kecamatan Ngemplak, Boyolali.

Sedangkan jumlah penduduk berkisar 5.600 jiwa dengan mata pencaharian beragam. Mereka di antaranya ada yang menjadi petani, pegawai pabrik, pegawai negeri sipil, wiraswasta, dan sebagainya.

Menurut Kasi Pemerintahan Desa Gawanan, Tenang Sutiyo, yang mengumpulkan cerita dari para sesepuh setempat, nama Gawanan sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Beberapa tahun lalu dia pernah menggali informasi kepada salah seorang sesepuh setempat bernama Karyo Yahmo yang saat ditanyai usianya 98 tahun.

Dulu pada zaman kerajaan di Desa Gawanan pernah dilanda pagebluk atau wabah penyakit. Kondisi ini mengakibatkan banyak warga yang meninggal dunia.

Karena merebaknya penyakit tersebut, para tokoh masyarakat dikabarkan turun tangan. Mereka mencari obat ke berbagai tempat, tapi upaya itu tidak membuahkan hasil menggembirakan.

Korban terus berjatuhan. Suatu ketika, ujar Tenang, warga menemui sejumlah penggawa Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang hendak sesirih ke makam Pangeran Tanujaya di tepi Kali Pepe di Desa Gawanan. Menurut salah seorang warga Gawanan, Jio Basuki, 74, Tanujaya adalah salah satu putra Sultan Hamengku Buwono.

Namun, dia tak tahu secara persis sultan yang ke berapa. “Saya juga hanya diberi tahu kakak saya yang sudah meninggal dunia. Jadi tidak tahu Pangeran Tanujaya itu putra sultan ke berapa?” papar dia.

Berdasar cerita, ujar Jio, Pangeran Tanujaya meninggal setelah berhasil melarikan diri akibat dianiaya Belanda. Untuk menghindari kejaran Belanda, Tanujaya lari sampai di suatu tempat yang kelak menjadi Desa Gawanan.

Lebih lanjut, Tenang mengatakan keluh kesah para warga Gawanan akibat dilanda pagebluk direspons para penggawa Keraton Kasunanan. Karena terenyuh para penggawa ini membawakan obat untuk mengobati warga yang sakit.

Berdasar cerita Karyo, papar Tenang, semua warga yang sakit sembuh setelah mengonsumsi obat yang dibawakan para penggawa Keraton Kasunanan Surakarta itu. Seiring berkembangnya zaman, kawasan tersebut dinamai Desa Gawanan.

“Cerita penggawa keraton yang membawakan obat warga desa yang terserang pagebluk itu tampaknya membekas di hati masyarakat. Karena itu kawasan yang sebagian wilayahnya berada di tepi Kali Pepe ini dinamai Gawanan,” ujar dia.

Gawanan, kata Tenang, berasal dari kata “nggawa” yang dalam bahasa Indonesia artinya membawa. Kata tersebut dipakai karena obat yang dibawa para penggawa Keraton Kasunanan Surakarta dinilai mujarab sehingga bisa menyembuhkan wabah penyakit yang banyak menjangkiti masyarakat setempat.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya