SOLOPOS.COM - Kota Kediri (Google Street View)

Solopos.com, SOLO -- Tagar #JokowiTakutKediri muncul di Twitter setelah beredar isu Presiden Joko Widodo tak berkunjung ke Kediri. Jokowi dikabarkan tak datang karena mitos Kediri membuat presiden dilengserkan.

Lalu benarkah mitos Presiden RI dilengserkan setelah mengunjungi Kediri? Mitos tersebut awalnya berkembang setelah beberapa Presiden RI harus melepaskan jabatan sebelum lima tahun pascakunjungan ke Kediri.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Tak jelas sejak kapan mitos Kediri menjadi daerah yang wingit dan membuat Presiden bisa lengser. Namun, ada dua Presiden RI yang berkunjung ke Kediri dan kemudian lengser tak lama sesudahnya.

Omnibus Law RUU Cilaka, Jurnalis Curiga Pemerintah Ingin Campuri Urusan Pers

Pertama, Presiden ke-3 RI Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie diketahui pernah mengunjungi Kediri di masa pemerintahannya yang singkat (1998-1999). Beberapa bulan kemudian, Habibie meletakkan jabatan Presiden karena memang tidak mencalonkan diri atau dicalonkan oleh partai politik.

Tentu saja lengsernya Habibie tidak relevan dengan mitos ini karena mantan Menristek tersebut menyelesaikan jabatannya di era transisi secara normal. Dia meletakkan jabatan setelah terpilihnya presiden baru.

Yang kedua adalah Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Tokoh besar Nahdlatul Ulama (NU) ini memang dipaksa oleh MPR mengakhiri jabatannya sebelum lima tahun. Kasus pemakzulan ini juga yang kemudian memperkuat beredarnya mitos tentang Kediri.

Sayembara Temukan Harun Masiku Berhadiah Iphone, KPK Klaim Tak Tersindir

Pada 21 November 1999, Gus Dur mengunjungi Kediri untuk membuka Muktamar NU di Lirboyo selaku Presiden RI. Setahun kemudian pada November 2000, 151 anggota DPR menandatangani petisi pemakzulan Gus Dur. Hingga pada 23 Juli 2001, MPR yang dipimpin oleh Amien Rais secara resmi memakzulkan Gus Dur.

Selain Gus Dur, sebenarnya tak ada contoh yang lebih relevan yang memperkuat mitos Kediri. Presiden pertama RI, Soekarno, misalnya, tercatat pernah berada di Kediri, bahkan tinggal di sana. Namun tentu saja itu tidak relevan lantaran dia memang pernah tinggal di Kediri tapi semasa kecil.

Sedangkan pengganti Gus Dur, Megawati Soekarnoputri, disebut-sebut tidak pernah mengunjungi Kediri selama menjabat Presiden RI. Megawati memang bisa menyelesaikan jabatannya hingga pasca-Pemilu 2004 yang dimenangi Partai Demokrat dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

8 Paslon PDIP untuk Pilkada di Jateng Diputuskan Rabu 19 Februari, Ini Daftarnya

Berikutnya, justru SBY yang "mematahkan" mitos tersebut. SBY selama menjadi Presiden RI bahkan berkunjung ke Kediri hingga dua kali, yaitu pada 2007 dan 2014.

SBY juga menjadi Presiden RI pertama yang menjabat dua periode. Dia terpilih kembali dalam Pemilu 2009 dan berhasil mempertahankan jabatan hingga 2014.

Asal Usul Mitos

Anggota Tim Pokok Pikiran Kebudayaan (PPKD) Kota Kediri Imam Mubarok, yang biasa disapa Gus Barok, menjelaskan asal usul mitos itu. Legenda yang menyebut Presiden RI akan jatuh setelah berkunjung ke Kediri berangkat dari folklor mengenai kutukan penguasa Kalingga Selatan, Kartikea Singha.

Menurut Gus Barok, jika berpegangan pada folklor tersebut, maka bisa disimpulkan bahwa pemerintahan SBY "selamat" karena hanya berkunjung ke wilayah Kediri Timur. SBY, dikatakan Gus Barok, tidak berani menyeberang ke barat Sungai Brantas.

Nelangsa! Kisah Laki-Laki Ditinggal Tunangan Demi Lamaran Pria Lain

"[SBY ke Kediri] Tahun 2007 dan 2014. Dia ke Kediri, tapi di wilayah timur sungai, tidak berani menyeberangi sungai, ke barat Sungai [Brantas]," kata Gus Barok saat ditemui wartawan di kediamannya di Kota Kediri, Senin (17/2/2020), dilansir Suara.com.

Kota Kediri memang dibelah Sungai Brantas menjadi dua bagian, timur dan barat sungai. Menurut Gus Barok, pada masa kerajaan, wilayah Kediri bagian barat merupakan area pawiyatan atau pusat pendidikan. Toponimi tersebut masih bisa dikenali hingga sekarang.

"Terbukti beberapa tempat pendidikan mulai dari sekolahan, pondok pesantren semua pesat berkembang di barat sungai daripada di timur Sungai [Brantas]. Memang Kediri bagian barat itu tempat pawiyatan," tutur Wakil Ketua Lesbumi PWNU Jatim itu.

Tak Ada Asap Rokok dan Desak-Desakan di Tribun Stadion Manahan Solo

"Kalau membaca toponimi wilayah Kediri, maka di wilayah Kediri ada namanya Balowerti, ada namanya Pocanan, ada namanya Banjaran [yang semuanya di timur Sungai Brantas]," lanjutnya.

Gus Barok menjelaskan, secara harfiah Balowerti bisa diartikan sebagai tembok kerajaan. Adapun wilayah Balowerti berada di timur Sungai Brantas.



"Maka kerajaannya di mana? Ya di timur sungai," sebutnya.

Menurut Gus Barok, jika mengacu pada cerita rakyat atau folklor yang berkembang di Kediri maka pemerintahan Presiden SBY "selamat" karena yang bersangkutan tidak menyeberangi Sungai Brantas ke wilayah pawiyatan.

"[SBY ke Kediri] Enggak nyeberangi sungai. Tapi lagi-lagi jangan, bahwa ini [folklor] bukan patokan. Lagi, silakan percaya, silakan tidak. Tinggal mengimani kepada Allah," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya