SOLOPOS.COM - Ilustrasi Hantu di Jalan (Liputan.com)

Solopos.com, KOTA JOGJA — Anggapan yang paling kuat terhadap budaya penanggalan Jawa berkaitan dengan hal-hal keramat. Salah satu mitos yang berkembang adalah malam Jumat Kliwon yang dianggap keramat.

Berdasarkan mitos yang berkembang, malam Jumat Kliwon dianggap sebagai waktu mahkluk gaib bergentayangan. Masyarakat Jawa tradisional biasanya tidak melakukan aktivitas apapun di luar rumah saat memasuki malam tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dihimpun dari berbagai sumber, Kamis (13/1/2022), asal mula malam Jumat kliwon dianggap sebagai malam keramat berdasarkan laku para tokoh spiritual leluhur. Malam ini merupakan puncak dari tradisi puasa selama 40 hari yang dilakukan masyarakat Jawa.

Baca juga: Kisah Pemburu Harta Karun di Kebumen: Betaruh Nyawa Demi Air Liur

Di malam tersebut, biasanya masyarakat Jawa melakukan ritual begadang hingga pagi dan mengisi waktu dengan ritual khusus. Hal inilah yang membuat tidak banyak orang keluar rumah saat malam Jumat Kliwon tiba. Mereka memilih melakukan berbagai ritual khusus yang tidak jarang bersinggungan dengan hal-hal gaib.

Anggapan keramat pada malam Jumat kliwon terus ada setelah kemunculan film pada 1986 lalu. Film berjudul Malam Jumat Kliwon itu bercerita tentang wanita yang sedang hamil tua dan disantet. Karena disantet, kehamilannya pindah dari perut ke belakang dan bayi keluar dari punggung. Sang ibu pun menjadi sundel bolong, Film itu diperankan oleh ratu film horor legendaris, alm Suzanna.

Baca juga: Letak Tugu Titik Nol Kilometer Pulau Jawa Bergeser?

Malam Selasa Kliwon 

Tidak sampai di situ saja, jika selama ini masyarakat umum menganggap malam keramat adalah malam Jumat saja, ternyata malam Selasa kliwon juga dikeramatkan. Hari itu berlaku bagi masyarakat Yogyakarta. Asal muasalnya masih berkaitan dengan ritual puasa 40 hari.

Di kawasan Cepuri dan Pantai Parangkusumo, Yogyakarta, puncak puasa 40 hari juga terjadi pada malam Jumat kliwon dan malam Selasa kliwon. Namun ada perbedaan dari segi pelaksanaan ritual di masing-masing malam puncak.

Baca juga: Misteri Nyi Blorong di Goa Karang Bolong Kebumen 

Juru kunci sekaligus warga Pantai Parangkusumo, RP Suraksotarwono, setiap daerah di Jawa memiliki ritual berbeda. Pada kedua malam itu, masyarakat Yoggyakarta dan sekitarnya melakukan ritual di Sela Sengker di kawasan Cepuri. Pelaku ritual mempercayai ada penunggu di kawasan itu yang haris diberi sesajen. Mereka adalah Mbok Nyi Roro Kudul yang merupakan wakil dari Ratu Kidul atau Gusti Kanjeng Ratu Kidul, sebagai penguasa laut selatan.

Juru kunci tersebut menjelaskan bahwa orang yang melakukan ritual untuk Mbok Roro Kidul adalah mereka yang mencari jalan pintas untuk mendapatkan suatu keinginan. Karena Mbok Roro Kidul ini diibaratkan mahkluk jin yang dapat memberi pertolongan. Sedangkan orang yang melakukan ritual untuk Nyi Roro Kidul adalah sosok yang baik hati dan akan mempertemukan peziarah dengan Ratu Kidul.

Baca juga: Kerap Dikaitkan Hal Mistis, Apa Keistimewaan Orang Lahir Jumat Kliwon?

Setiap ritual berlangsung, kawasan tersebut menjadi sangat kental dengan aroma mistis. Maka tidak heran jika malam Jumat Kliwon dan Selasa Kliwon selalu dianggap keramat. Setiap ritual berlangsung, peziarah yang melakukan doa di Batu Sengker kemudian menaruh seluruh sesajian yang akan dipersembahkan untuk Gusti Kanjeng Ratu Kidul dan nantinya akan dilabuh doi Pantai Parangkusumo yang jarahnya 300 meter di sebelah selatan Cepuri.

Labuhan ini sebagai lambang persembahan kepada Ratu Kidul agar doa-doa yang disampaikan dapat terkabul. Selanjutnya, barang-barang yang dilabuh itu biasanya diperebutkan oleh warga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya