SOLOPOS.COM - Kepala Desa Jatikuwung, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar, Heri Putranto, melihat kondisi sumur tua di Dusun Banyubiru, Jatikuwung, yang dulu menjadi satu-satunya sumber air di wilayah itu dan sekitarnya, Sabtu (6/8/2016). (Kurniawan/JIBI/Solopos)

Asal usul Jatikuwung masih menyimpan misteri.

Solopos.com, KARANGANYAR – Desa Jatikuwung, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar, adalah sebuah desa yang terdiri atas tujuh dusun, dan berpenduduk 5.000-an orang. Desa ini berbatasan dengan Wonorejo di sisi selatan, Rejosari di utara, Jeruksawit di timur, dan Selokaton di barat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Mayoritas pekerjaan penduduk Jatikuwung adalah buruh, dan petani tadah hujan. Sebagian warga menduga desa ini adalah bekas pusat pemerintahan wilayah di bawah Kerajaan Pajang I yang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau Joko Tingkir alias Mas Karebet.

Seperti disampaikan Kepala Desa (Kades) Jatikuwung, Heri Putranto, saat diwawancara  di kediamannya, beberapa waktu lalu. “Nama Jatikuwung itu bisa dimaknai sebagai daerah di lingkup kekuasaan. Walau jejak-jejak itu kini semakin samar,” tutur dia.

Heri menjelaskan di Jatikuwung ada area permakaman tua yang dikenal dengan nama Klebet. Dia menduga sejatinya tempat itu diambil dari kata Karebet. Tapi karena susah dilafalkan, masyarakat menyebutnya dengan Klebet. Hingga kini tempat itu masih ada.

Selain itu ada sebuah punden yang diduga sebagai simbol dari legitimasi pemerintahan kala itu. Dugaan-dugaan itu diperkuat dengan fakta bahwa pusat pemerintahan wilayah Gondangrejo zaman dulu terletak di Dusun Gondangrejo, Desa Jatikuwung.

“Pusat pemerintahan terletak di Dusun Gondangrejo. Bentuknya bisa berupa pemerintahan kawedanan atau pademangan. Di Jatikuwung ada dusun yang diberi nama Banyubiru. Seperti kita ketahui, nama itu juga lekat dengan sejarah Joko Tingkir,” sambung dia.

Saat ini sudah tidak ada warga yang mampu menjelaskan asal muasal Dusun Banyubiru. Salah satu kearifan lokal di dusun itu adalah sebuah sumur tua yang tak pernah kering. Dulu, sumur tersebut merupakan sumber penghidupan masyarakat sekitar.

Sumur yang tidak diketahui siapa pembuatnya itu menjadi satu-satunya sumber air masyarakat kala itu. Kini, saat sudah ada jaringan air bersih dari sumur artesis, sumur tersebut tidak lagi digunakan. Sumur yang terletak di pinggir makam itu dibiarkan begitu saja.

“Airnya tidak pernah mengering, termasuk saat musim kemarau. Tidak ada warga yang tahu siapa yang membuat sumur ini. Dulu warga berbondong-bondong mengambil air untuk kebutuhan hidup sehari-hari dari sumur ini. Air sumur peres dengan tanah,” kata dia.

Heri akan terus menggali informasi ihwal sejarah berdirinya Jatikuwung. Latar belakang tersebut penting untuk mengetahui asal muasal desa, dan para sesepuh yang pernah tinggak di Jatikuwung. “Informasi ini baru sebatas penggalian awal kami,” pungkas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya