SOLOPOS.COM - Seorang perangkat Desa Kalimacan, Kalijambe, Sragen, menunjukkan gundukan tanah di persawahan yang diyakini warga sebagai kuburan harimau buruan Demang utusan PB III, Kamis (8/5/2014). (JIBI/Solopos/Kurniawan)

Solopos.com, SRAGEN–Desa Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, berbatasan dengan Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali di sebelah barat; Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar di sisi selatan; Desa Trobayan, Kalijambe di barat laut; Desa Sambirembe, Kalijambe di sebelah utara dan Jetis, Kalijambe di sisi timur.

Nama Desa Kalimacan diambil dari cerita yang berkembang dan turun temurun di kalangan masyarakat setempat. Tokoh warga Kalimacan, Sudarto, 66, saat ditemui solopos.com, Kamis (8/5/2014), di balai desa setempat mengisahkan asal muasal lahirnya Desa Kalimacan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Menurut dia, nama Kalimacan diadopsi dari cerita rakyat yang mengisahkan tentang perburuan seekor macan oleh seorang Demang utusan Pakubuwono III. Dikisahkan, puluhan tahun lalu, PB III mengutus seorang Demang bernama Newung untuk menangkap harimau (macan).

Saat itu PB III memang dikenal sangat gemar memelihara harimau. Sang Demang berangkat mencari harimau di hutan kawasan Purwodadi. Setelah berburu sekian lama, sang Demang berhasil menangkap seekor harimau.

Saat dalam perjalanan pulang, Demang Newung berhenti sejenak untuk beristirahat di dekat sungai kecil di Kalimacan. Saat itu, daerah tersebut belum menggunakan nama Kalimacan. Memasuki waktu Magrib, Sang Demang menjalankan Salat Magrib.

Harimau hidup hasil buruan Sang Demang diikat di sebuah pohon dekat sungai. Setelah selesai menjalankan salat, Demang Newung kaget mendapati harimau loreng hasil buruannya telah mati. Tidak diketahui persis penyebab kematian harimau.

Saat itu juga Demang menguburkan harimau di dekat sungai. Setelah itu Demang Newung kembali ke Keraton dan melaporkan hasil perburuannya. “Menurut cerita, saat itu PB III memerintahkan supaya desa tempat matinya harimau dinamakan Kalimacan dan lokasi matinya harimau diberi nama daerah Newungan,” tutur Sudarto.

Menariknya, Sudarto melanjutkan, beberapa waktu setelah kejadian itu, warga Newungan dan Kalimacan mengaku kerap melihat sesosok harimau loreng di sekitar tempat penguburan harimau buruan Sang Demang. Menurut cerita, sosok harimau loreng tersebut biasa menampakkan diri mendekati waktu Magrib.

Namun menurut cerita warga, penampakan sosok harimau tersebut sangat singkat, hanya hitungan detik. Sudarto mengatakan, hingga sekarang, terkadang masih ada warga yang mengaku melihat sosok harimau loreng. “Warga sudah biasa, tidak takut. Sebab sosok macan tidak pernah menyerang atau mengganggu,” imbuh dia.

Gundukan tanah yang diyakini warga sebagai tempat pemakaman harimau hingga kini masih ada. Gundukan tanah tersebut dibiarkan begitu saja oleh warga pemilik lahan. Pantauan Espos, tanaman Serut dibiarkan tumbuh sedang di gundukan tanah itu. Letak gundukan tanah dengan sungai sekitar 20 meter.

Kepala Desa (Kades) Kalimacan, Rodli Slamet, saat ditemui solopos.com di kantornya, mengkonfirmasi adanya cerita rakyat tersebut. Menurut dia cerita matinya seekor harimau hasil buruan Demang Newung diwariskan turun temurun. “Memang benar ada cerita seperti itu. Warga kami sudah pernah mendengar kisah itu,” tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya