SOLOPOS.COM - Kantor Desa Grajegan, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo. Foto diambil, Sabtu (9/4/2016). (Trianto HS/JIBI/Solopos)

Asal Usul kali ini mengenai asale Desa Grajegan di Sukoharjo.

Solopos.com, SUKOHARJO — Nama dusun, desa atau wilayah di Jawa memiliki makna tersendiri. Termasuk nama wilayah di Kabupaten Sukoharjo, khususnya Desa Grajegan, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo. Grajegan berlokasi di bagian selatan Kota Sukoharjo. Desa Grajegan berada di jalur utama lintas kabupaten.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kantor Desa Grajegan berada di pinggir jalan beraspal dan dari pusat Kota Tawangsari sekitar tiga kilometer. Salah seorang tokoh Desa Grajegan, Sukardi, 53, saat ditemui Solopos.com, Sabtu (9/4/2016), bercerita nama Grajegan sudah ada sebelum Indonesia Merdeka. Indonesia Merdeka pada 17 Agustus 1945 sedangkan Grajegan dipercayai muncul sejak 1937.

Sukardi mengaku tak paham betul sejarahnya tetapi cerita lisan turun-temurun diperoleh kabar nama Grajegan berasal dari kata gegojekan (bergurau) atau berantem.

“Pada 1937-an itu di sini dihuni oleh orang-orang sakti mandraguna. Yang diutamakan di zaman itu adalah dukdeng atau penguasaan ilmu kebatinan atau olah raga,” katanya.

Dicontohkan oleh Sukardi yang kini menjabat sebagai Sekretaris Desa Grajegan, pada zaman kuno bukan suatu kepongahan jika seseorang beradu kadigdayan.

“Setiap ada orang berkumpul selalu ada gegojekan. Adu kesaktian mematikan lampu dari kejauhan. Adu kesaktian itu terjadi untuk mencoba dan mengetahui kesaktian seseorang. Misalkan di salah satu daerah ada orang punya hajat dan tidak disukai maka dicoba dengan mematikan lampu dari kejauhan. Alhasil lampu padam,” kata dia.

Sukardi menambahkan saat itu tak ada rasa dendam di antara orang yang beradu. Yang kalah mengakui dan menerima.

“Tidak seperti sekarang ini, kalah berantem mengajak teman-teman, geruduk. Dahulu orang Grajegan cukup disegani warga lain tetapi seiring perubahan zaman, ilmu kesaktian seseorang tidak diwariskan kepada anak turunnya.”

Keberadaan orang sakti di Grajegan mulai berkurang. Kini, tinggal petilasan Kiai Ahmad Dalem yang masih tersisa. Petilasan itu diyakini sebagian warga Grajegan menjadi tempat untuk berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Tokoh masyarakat lain, Sutarmin, 51, menjelaskan Grajegan memang berasal dari kata grejekan atau cekcok atau pertengkaran untuk kebaikan,” ujarnya.

Saat ini luas wilayah Grajegan 313,2070 haktare dihuni oleh 1.356 kepala keluarga. Walau seluas itu, hanya ada dua kebayanan atau lurah tidak seperti desa-desa lain yang memiliki tiga kebayanan hingga empat kebayanan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya