Semarang
Sabtu, 12 Oktober 2019 - 12:50 WIB

Asal Usul Gunung Brintik Semarang & Sosok Perempuan Berambut Keriting

Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang warga tengah berziarah di makam Nyai Brintik, Kota Semarang, beberapa waktu lalu. (Semarangpos.com-Imam Yuda S.)

Solopos.com, SEMARANG – Gunung Brintik terlihat indah dari kejauhan. Warna-warni rumah penduduk yang berada di perbukitan itu menambah eksotis pemandangan gunung yang terletak di tengah Kota Semarang tersebut.

Meski tampak indah dari kejauhan, perkampungan di Gunung Brintik yang kini populer dengan sebutan Kampung Pelangi itu terbilang padat. Rumah penduduk berjejalan di lereng bukit hingga membuat akses jalan sulit dilalui kendaraan roda empat.

Advertisement

Bahkan, tak jarang ditemui rumah penduduk di kawasan itu yang berhimpitan maupun berdiri di tengah-tengah patok kuburan Bergota.

Kendati demikian, kawasan yang terletak di Kampung Wonosari, Kelurahan Randusari, itu ternyata menyimpan kisah misteri terkait sejarah Kota Semarang. Konon, gundukan bukit di Gunung Brintik itu dulunya merupakan sebuah pulau yang dikelilingi air laut.

Advertisement

Kendati demikian, kawasan yang terletak di Kampung Wonosari, Kelurahan Randusari, itu ternyata menyimpan kisah misteri terkait sejarah Kota Semarang. Konon, gundukan bukit di Gunung Brintik itu dulunya merupakan sebuah pulau yang dikelilingi air laut.

Selain itu, di Gunung Brintik juga terdapat sebuah makam tua yang dipercaya warga setempat sebagai peninggalan tokoh yang menguasai daerah itu pada zaman dulu, yakni Nyai Brintik.

Tak sulit mencari makam Nyai Brintik. Makam itu tepat berada di samping musala Gunung Brintik di RT 007/RW 003, Kelurahan Randusari, Kecamatan Semarang Selatan.

Advertisement

Untuk masuk ke dalam ruangan makam itu pun harus seizi juru kunci atau penjaga makam. Sepintas makam itu tampak biasa. Namun di atas pusara makam terdapat jarik atau kain batik berwarna cokelat gelap.

Di samping makam juga terdapat benda-benda yang diperkirakan peninggalan Nyai Brintik, seperti payung kain, guci, dan kursi. Terdapat juga wadah untuk menaruh hio sebagai sarana ritual untuk berdoa bagi para peziarah yang datang.

“Ramainya peziarah itu biasanya malam Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon. Kalau enggak ya malam 1 Sura. Mereka berdoa di depan pusara makam sambal membawa sesaji, seperti wajik salak atau ingkung [ayam kampung yang dimasak secara utuh],” ujar Ari Kumalasari, 41, yang saat ini dipercaya sebagai juru kunci makam.

Advertisement

Ari mengatakan para peziarah yang datang itu berasal dari berbagai daerah. Bahkan pernah ada satu rombongan peziarah yang datang dan mengaku dari Bali.

“Biasanya yang berziarah itu memiliki hajat atau keinginan yang ingin disampaikan, seperti sukses berdagang dan lain-lain,” imbuhnya.

Sementara itu, tokoh masyarakat setempat, Krisyanto, mengaku tak hanya warga dari luar kota yang berziarah ke makam Nyai Brintik. Warga setempat yang tinggal di kawasan tersebut juga kerap berziarah ke makam Nyai Brintik.

Advertisement

“Biasanya, warga sini berziarah kalau mau punya gawe [hajatan]. Ada kepercayaan kalau punya hajatan enggak ziarah dulu , acaranya bakal berantakan,” kata pria yang dipercaya sebagai Ketua RT 007 itu.

Anak-anak terlihat asyik bermain di patok kuburan di kompleks permakaman Bergota, Gunung Brintik, Semarang, beberapa waktu lalu. (Semarangpos.com-Imam Yuda S.)

Mimpi
Krisyanto tak tahu secara pasti kapan makam Nyai Brintik itu mulai didatangi peziarah. Namun, dari cerita yang didengarnya awalnya makam Nyai Brintik itu hanya berupa gundukan tanah biasa.

Gundukan tanah itu ditemukan sesepuh setempat melalui sebuah mimpi. Dalam mimpinya itu, sesepuh tersebut didatangi perempuan berambut keriting yang minta agar gundukan tanah itu dijaga dan dirawat.

“Suatu saat ada warga keturunan Tionghoa yang mendatangi gundukan tanah yang dipercaya sebagai makam Nyai Brintik itu. Ia berziarah untuk mendapat kesuksesan berdagang. Nah, orang Tionghoa itu sukses. Sejak saat itu makam Nyai Brintik ramai didatangi peziarah,” imbuh Krisyanto.

Krisyanto juga tidak tahu secara pasti sejarah Nyai Brintik. Ia hanya mendengar kisah Nyai Brintik dari cerita-cerita para orang tua terdahulu.

Pria yang berprofesi sebagai guru di SMP Dominico Savio itu mengatakan legenda Nyai Brintik selalu dikaitkan dengan sejarah Kesultanan Demak dan tokoh Walisanga, Sunan Kalijaga.

Konon, Nyai Brintik merupakan tokoh yang memiliki kesaktian luar biasa, tapi berperangai buruk. Bahkan, Nyai Brintik kabarnya pernah mencuri pusaka Kesultanan Demak hingga membuatnya diburu. Kendati demikian, tak ada yang bisa mengalahkan Nyai Brintik kecuali Sunan Kalijaga.

“Setelah kalah, Nyai Brintik memutuskan untuk menjadi murid Sunan Kalijaga,” katanya.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif