SOLOPOS.COM - Salah seorang warga menunjukkan batu yang dipercaya sebagai cikal bakal nama Dukuh Watu Penganten, Desa Cabeankunti, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Jumat (29/3/2024). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Di lereng Gunung Merapi wilayah Boyolali terdapat satu dukuh dengan asal-usul penamaan yang cukup unik, yaitu Dukuh Watu Penganten di Desa Cabeankunti, Kecamatan Cepogo. Konon, nama dusun itu berhubungan dengan cerita pengantin yang berubah menjadi batu.

Tokoh masyarakat Dukuh Watu Penganten, Zainudin, menyampaikan tidak ada sumber pasti terkait asal-usul penamaan dukuhnya. Namun, berdasarkan cerita turun temurun, dukuh itu sebelumnya bernama Jotosan.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

“Ceritanya ada pengantin yang lewat di situ [Jotosan] lalu ada waliyullah papasan dengan mereka. Setelah itu, [si pengantin] ditanya tidak menjawab, diajak bicara tidak bicara. Kemudian dari wali tadi [mengatakan] pengantin kok seperti batu,” kata dia saat diwawancarai Solopos.com, Jumat (29/3/2024).

Beberapa saat setelah pertemuan tersebut, sang pengantin berubah menjadi batu. Tak hanya pengantin yang berubah menjadi batu, pengiring pengantin juga konon berubah menjadi batu kerikil yang berada di sekitar batu itu.

Sampai saat ini, batu yang diyakini merupakan sepasang pengantin tersebut masih ada di pinggiran ladang tepi sungai di utara Dukuh Watu Penganten. Sebab itulah, Dukuh Jotosan di Cabeankunti, Boyolali, berubah nama menjadi Watu Penganten.

Berdasarkan cerita, nama Dukuh Watu Penganten ada sejak 1.800-an. Zainudin menjelaskan awalnya batu tersebut berada di wilayah Watu Penganten, Cabeankunti. Namun, setelah ada pembagian wilayah, posisi batu tersebut masuk wilayah Candigatak di sebelah timur Cabeankunti.

“Dengan adanya pengantin yang berubah menjadi batu, ada mitos yang berkembang yakni pengantin baru jangan sampai lewat di situ. Kalau lewat di wilayah tersebut, menurut kepercayaan masyarakat, pengantin bisa hilang atau pernikahannya tidak langgeng,” kata dia.

Diselimuti Sederet Mitos

Mitos lain yaitu larangan bagi warga Watu Penganten untuk menikah dengan orang yang tinggal di sebelah timur yaitu Desa Candigatak. Masyarakat percaya jika nekat menikah dan pasangan tersebut akan menanggung risiko. Jika rezekinya lancar maka akan ada yang meninggal sebelum hari tua.

Risiko lainnya, bisa juga pasangan tersebut pernikahannya langgeng tapi rezekinya seret. “Penyebabnya dari cerita dulu Watu Penganten dan Candigatak tidak bisa nyambung. Penyebabnya apa karena suatu hal yang tidak diketahui,” kata pria 48 tahun tersebut.

Zainudin mengatakan mitos yang terbukti sejauh ini adalah sumur tidak akan bisa dibuat di Watu Penganten. Hingga saat ini, tidak ada sumur yang berhasil dibuat warga dukuh tersebut.

Dukuh Watu Penganten kini dihuni 128 keluarga dengan sekitar 500 jiwa dan mayoritas bekerja sebagai petani, pedagang, dan tukang batu. Pantauan Solopos.com, batu yang dipercaya sebagai pengantin yang berubah menjadi batu berada di pinggiran ladang warga dan kemiringan sungai.

Bentuknya batu hitam besar dan tertutup dengan rumpun bambu. Lokasinya bisa dilihat dengan mudah karena dekat jembatan. Kades Cabeankunti, Khamid Winarti, mengapresiasi adanya cerita rakyat yang beredar menjadi asal-usul Watu Penganten. Hal tersebut menurutnya memperkaya kekayaan cerita di desanya.

“Dulu ada sejarah Sendang Kunti, lalu ada Watu Penganten. Kemudian di Watu Penganten sendiri ada unsur religi dari Mbah Demang Niti Wencono. Makamnya ada di Dukuh Watu Penganten itu,” kata dia.

Selain itu, Khamid mengatakan ada wisata religi di pertapaan Nongko Prodo Dukuh Sidotopo. Ia mengatakan dari cerita rakyat di desanya, muncul beberapa tradisi seperti Anggoro Kasih setiap Selasa Kliwon yang berhubungan dengan Sendang Cabean Kunti.

Terkait lokasi batu Watu Penganten yang berada di Desa Candigatak, Khamid mengaku kesulitan untuk memindah batu ke wilayah Cabeankunti karena berkaitan dengan hal gaib.

“Harapannya dengan kekayaan cerita, nantinya bisa menambah income dengan banyaknya tamu karena penasaran dengan situs-situs yang ada,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya