SOLOPOS.COM - Plakat Kantor Kepala Desa Tohudan di Kecamatan Colomadu, Karanganyar. (Ivan Andimuhtarom/JIBI/Solopos)

Asal usul kali ini terkait kisah penamaan Desa Tohudan di Colomadu Karanganyar.

Solopos.com, KARANGANYAR – Penamaan sebagian desa atau daerah di wilayah Soloraya tak terlepas dari keberadaan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Hal itu berlaku pula untuk nama Desa Tohudan yang ada di Kecamatan Colomadu, Karanganyar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Salah satu tetua di desa tersebut, Sarmin, 75, menuturkan awal mula nama Tohudan. Saat itu sekitar tahun 1770-an, Keraton Kasunanan masih berada di Kartasura.

Salah seorang abdi dalem keraton, Ki Demang Kertayudha tinggal di wilayah yang saat ini bernama Tohudan. Saat itu sudah ada sekelompok masyarakat yang tinggal di sana. Namun, wilayah itu belum memiliki nama.

Ekspedisi Mudik 2024

Pada suatu hari, Ki Demang Kertayuda berniat menghadap ke keraton di Kartasura. Mendung tiba-tiba datang dan menandakan akan segera turun hujan lebat.

Sang istri atau biasa dipanggil Nyi Demang, mengingatkan suaminya. Ia meminta Ki Demang Kertayuda berangkat ke Kartasura setelah hujan turun dan reda.

Udan dudu alangan nggo ngadep pangayome ratu [hujan bukan halangan untuk menghadap ratu],” ujar Sarmin menirukan jawaban Ki Demang Kertayuda kepada sang istri.

Belum lama setelah Ki Demang berangkat, hujan benar-benar turun dengan deras. Nyi Demang yang merasa nasihatnya sudah tepat mengatakan “To Udan?” atau “hujan kan?”

Kejadian itu berulang hingga berkali-kali. Setiap Ki Demang hendak menghadap Sultan, mendung selalu menggelayut di angkasa. Nasihat istrinya tak membuyarkan maksudnya menuju Kartasura. Dan hujan selalu turun setelah Ki Demang berangkat.

“Karena berkali-kali, maka daerah ini dinamakan Tohudan. Dari kata ‘to udan’ yang berkali-kali disampaikan Nyi Demang untuk menasehati suaminya,” terang lelaki itu saat ditemui di Dukuh Senden, Tohudan, Colomadu, Jumat (10/7/2015).

Banyak anggota masyarakat yang tak tahu asal-usul nama desa tersebut. Bahkan, petilasan Ki Demang Kertayuda kini tak berbekas lagi karena sudah ada rumah yang berdiri di bekas rumah Ki Demang.

Satu-satunya peninggalan yang tersisa adalah sebuah sumur tak jauh dari bekas rumah Ki Demang di Dukuh Tohudan atau sebelah utara balai desa setempat.

Konon, di dalam sumur tersebut terdapat seekor ular berukuran besar yang menjaga tiga bola emas sebesar biji kelapa. Namun, keberadaan ular dan emas tersebut dinilai bersifat gaib.

“Saya pernah berusaha mengambilnya bersama salah seorang teman saya. Namun, dari dimensi lain Ki Demang Kertayuda datang dan mengingatkan agar saya tidak mengambilnya. Kalau saya nekat mengambil, bisa terjadi pagebluk [musibah] selama 40 hari di desa ini,” kata kakek yang intens dengan dunia klenik tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya