SOLOPOS.COM - Seorang siswa melintas di depan kompleks pemerintahan Desa Saren, Kalijambe, Sragen, Kamis (2/4/2015). (Eni Widiastuti/JIBI/Solopos)

Asal usul kali mengupas tentang asale nama Desa Saren di Kalijambe, Sragen.

Solopos.com, SRAGEN – Sektor pertanian menjadi mata pencaharian utama sebagian besar warga Desa Saren, Kecamatan Kalijambe, Sragen.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Berdasarkan data administrasi Desa Saren, jumlah penduduk Desa Saren saat ini sebanyak 4.319 orang. Jumlah tersebut meliputi 2.137 penduduk laki-laki dan 2.182 warga perempuan. Jumlah kepala keluarga sebanyak 1.245.

Kepala Urusan Umum Desa Saren, Hadi Khoiri mengungkapkan sekitar 75% penduduk Desa Saren bekerja sebagai petani dan buruh tani. Sisanya ada yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS), wiraswasta, karyawan dan lainnya.

Terkait sejarah nama Desa Saren, Hadi mengungkapkan saren adalah nama jawa dari darah. Nama ini dipilih oleh para pendahulu desa tersebut karena daerah tersebut pada zaman perjuangan dahulu, merupakan wilayah yang sering terjadi pertempuran pejuang Indonesia dan tentara Belanda yang bermarkas di Gondangrejo.

Pertempuran itu mengakibatkan adanya pertumpahan darah. “Karena banyak darah itu, daerahnya dinamakan Saren,” ujarnya kepada , beberapa waktu lalu.

Desa yang memiliki luas 314 hektare tersebut meliputi sembilan dukuh. Yaitu Dukuh Saren, Salam, Jayan, Karangsono, Nglancir, Ngeluh, Cumpleng, Plawar, Blumbang.

Sebelah utara berbatasan dengan Desa Kaloran, sebelah barat berbatasan dengan Desa Donoyudan, sebelah timur dengan Desa Karangjati dan sebelah selatan dengan Desa Sambirembe.

Meski lingkupnya desa, Desa Saren kini memiliki fasilitas umum cukup lengkap. Yakni adanya lembaga pendidikan formal mulai jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD), TK, SD, SMK, SMA. Ada juga lembaga informal yaitu madrasah diniyah, bidan desa, pasar.

“Banyak kemajuan yang telah diraih dibandingan beberapa tahun lalu. Tapi jumlah warga miskin memang masih ada. Pasalnya biasanya mereka merupakan keturunan keluarga miskin juga,” ungkapnya.

Dijumpai terpisah, warga Dukuh Salam, Desa Saren, Kemi, 85, mengaku memiliki lahan pertanian cukup luas.“Alhamdulilah sudah selesai panen,” ujar Kemi saat ditemui di kediamannya, Kamis (2/4/2015).

Kemi adalah salah satu warga Desa Saren yang bekerja sebagai petani. Selain bertani, terkadang Kemi juga berjualan sapi di pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya