Solopos.com, BANJARNEGARA — Dataran Tinggi Dieng yang membentang di wilayah Kabupaten Banjarnegara, Wonosobo, dan Batang, Jawa Tengah, merupakan kawasan pegunungan yang memiliki sejarah geologi panjang. Proses geologi yang terjadi di sana memunculkan kawah dan telaga yang tersebar di sejumlah tempat.
Meski kini dijadikan sebagai objek wisata, sejatinya Dieng adalah gunung api vulkanik yang secara rutin dipantau Badan Geologi. Para ahli vulkanologi mencatat Dataran Tinggi Dieng terjadi sejak 3,6 juta tahun yang lalu sampai sekitar 2.500 tahun silam.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Ada fase meletusnya Gunung Prau, kemudian disusul letusan-letusan di wilayah kaldera. Serta paling muda mulai 8.500 tahun lalu berupa letusan kerucut vulkanik di bagian selatan Dieng.
Bagi masyarakat pada umumnya, Dieng dikenal sebagai objek wisata yang memiliki pemandangan alam laksana surga yang begitu indah.
Dihimpun dari berbagai sumber, nama Dataran Tinggi Dieng diambil dari bahasa Jawa Kawi yang terdiri dari dua kata. Yaitu Di bermakna tempat atau gunung serta Hyang yang berarti Dewa. Dengan demikian, secara harfiah Dieng berarti Gunung tempat Dewa.
Baca juga: Kawah Timbang, Kawah Paling Mematikan di Dataran Tinggi Dieng
Para ahli menyebut Dieng bukanlah volcano yang merujuk pada gunung api tunggal. Melainkan volcano complex yang mengindikasikan kawasan dieng sebagai deretan gunung api yang tercipta karena banyaknya magma di bawah tanah.
Jika dilihat dari citra satelit, maka kawasan Dieng tampak seperti satu tubuh gunung api besar yang hancur akibat erupsi. Hal itulah yang kemudian membentuk puncak gunung api baru di sekitar gunung api lama di tengah kaldera Dieng.
Gunung api Dieng terbentuk dari subduksi lempeng samudra Hindia/Australia yang menghunjam di bawah lempeng Sundaland Gunung api Dieng terbentuk mulai pada zaman pleistosen (2,58 Juta tahun lalu) hingga holosen.
Meski berupa gunung api, potensi bencana di sana bukan berupa erupsi, guguran lava pijar, atau hujan abu. Ancaman utama justru terletak pada deretan kawah aktif yang mengeluarkan gas sulfur berkonsentrasi tinggi.
Baca juga: Tak Cuma Candradimuka, Ada Berapa Kawah di Dieng?
Kawah Dieng
Beberapa kawah yang masih aktif di Dieng adalah Kawah Sinila, Sikidang, Sileri, dan Timbang. Di antara deretan kawah itu, Badan Geologi menyebut Kawah Timbang adalah wilayah paling mematikan karena mengandung gas beracun yang tinggi.
Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan, Kawah Timbang memiliki rekahan berisi gas berbahaya. Jika aktivitasnya meningkat, kawah tersebut akan mengeluarkan gas berupa hidrogen sulfida dan karbon dioksida yang beracun dan membahayakan nyawa makhluk hidup.
Lokasi kawah ini cukup dekat dengan permukiman warga. Oleh sebab itu, aktivitasnya saat ini terus mendapatkan perhatian.