SOLOPOS.COM - Gapura pintu masuk Kampung Karangdowo berdiri di dekat Jl. Raya Sukowati Sragen, Jumat (26/1/2018). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Asal usul Kampung Tlebengan dan Karangdowo berkaitan dengan pelarian Mbah Gending.

Solopos.com, SRAGEN — Kampung Tlebengan dan Karangdowo terletak di wilayah Kelurahan Sragen Wetan, Sragen. Dua kampung ini terletak di timur laut Kompleks Sekretariat Daerah (Setda) Sragen.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tlebengan dan Karangdowo masih satu kebayanan tetapi secara administrasi berbeda rukun warga. Karangdowo masuk wilayah RW 006 sementara Tlebengan masuk wilayah RW 007.

Dalam sejarahnya, nama Tlebengan dan Karangdowo masih berkaitan dengan Kampung Cantel Wetan, Cantel Kulon, Sumengko, dan Gendingan. Tujuh nama kampung itu memiliki satu punden yang sama yang diberi nama punden Mbah Gending.

“Ya, punden itu itu masih berkaitan dengan sejarah tujuh kampung itu. Bagi yang percaya saja. Punden atau makam Mbah Gending itu masih ada di belakang kompleks Setda Sragen,” ujar Sri Lestari atau lebih terkenal dengan nama Sri Gamping, 75, saat berbincang dengan di rumahnya, Jumat (26/1/2018) siang.

Perempuan kelahiran Sragen, 6 Juni 1943, itu merupakan seniman kondang di Sragen. Ia tinggal di Kampung Tlebengan RT 001/RW 007, Kelurahan Sragen Tengah, Sragen. Ia mendapat cerita sejarah itu secara turun-temurun dari Simbah Canggah atau ia menjadi generasi kelima yang melestarikan cerita itu.

“Sejarahnya panjang. Dulu ada seorang keturunan keraton terjadi perang saudara. Salah satu keluarga keraton itu lari ke wilayah Sragen. Saat dalam pelarian itu, pakaiannya kecantol [tercantol] kemudian muncul nama Kampung Cantel Wetan dan Cantel Kulon. Lalu lari kembali ke timur tetapi rasa hatinya memeng-mengan kemudian diberi nama daerah itu Sumengko,” kata dia.

“Dari sana lari ke selatan. Saat itulah pangeran itu merasa kebebeng atau terkepung. Lalu daerah itu diberi nama Tlebengan. Lari ke timur tetapi seolah-olah tidak sampai-sampai karena jaraknya panjang atau dowo. Jadilah daerah itu Karangdowo,” tambah Sri.

Sri mengisahkan pangeran itu kembali lari ke barat melewati jalan berbeda. Saat itulah, kata dia, salah satu betisnya atau pupu gending terkena senjata dari prajurit keraton.

Pangeran itu pun, ujarnya, meninggal di tempat itu dan dimakamkan di tempat itu. Daerah itu diberi nama Gendingan. “Warga sekitar mempercayai kalau pangeran yang dimaksud itu ya dikubur di punden dengan sebutan Mbah Gending,” ujarnya.

Perang saudara yang dimaksud Sri Gamping diduga perang pada masa bedahnya Keraton Kartasura. Nama-nama tujuh kampung itu, bagi Sri, seperti sebuah petilahan Mbah Gending, seperti munculnya nama kampung pada zaman sunan-sunan.

Kampung Tlebengan dan Karangdowo sebenarnya merupakan kampung seni karena di dua kampung itu lahir berbagai seni tradisional, yang paling terkenal seni ketoprak lesung. Kesenian itu lahir di tempat itu sejak zaman simbah-simbahnya dulu.

“Pada saat perawan anyaran [baru], sekitar kelas VI SD, saya sudah melihat kakek saya bermain ketoprak lesung. Dari kakek menurun ke bapak dan ibu dan akhirnya ke saya. Saya tidak belajar langsung kepada mereka tetapi belajar autodidak dengan cara melihat mereka bermain,” katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya