SOLOPOS.COM - Pengendara sepeda motor melewati gapura masuk Desa Ngasinan, Kecamatan Bulu, Sukoharjo, Sabtu (17/10/2015). (Bony Eko Wicaksono/JIBI/Solopos)

Asal usul ini terkait penamaan Desa Ngasinan di Bulu, Sukoharjo.

Solopos.com, SUKOHARJO – Desa Ngasinan terletak di Kecamatan Bulu, Kabupaten Sukoharjo. Wilayah itu cukup jauh dari pusat Kabupaten Jamu sekitar 10 kilometer.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Karakteristik masyarakat Ngasinan tak jauh berbeda dengan wilayah lainnya. Sebagian penduduk bermata pencaharian sebagai petani dan buruh. Sebagian penduduk lainnya merantau ke daerah lain untuk mengadu peruntungan nasib.

Konon nama desa tersebut berasal dari ngasin dalam Bahasa Jawa yang berarti santai atau tempat bersantai. Warga setempat lantas memberi nama wilayah itu dengan Ngasinan lantaran saking banyaknya pohon rindang yang bisa digunakan untuk bersantai.

Asal usul Desa Ngasinan tak bisa dipisahkan dengan keberadaan para saudagar kaya pada zaman dahulu. Kala itu, ada saudagar kaya bernama Eyang Widuri yang kebetulan melewati wilayah tersebut.

Rombongan Eyang Widuri berjalan kaki dari pagi hingga petang hari mencari tanah yang kondisinya subur ke arah selatan atau Sukoharjo. “Rombongan Eyang Widuri berjumlah puluhan orang. Mereka berjalan kaki dari arah Solo menuju Sukoharjo,” kata Kepala Desa Ngasinan sekaligus sesepuh desa, Ibnu Wiyatono, Sabtu (17/10/2015).

Setelah berjalan kaki ratusan kilometer, rombongan Eyang Widuri sampai di pinggir Sungai Bengawan Solo. Lantaran merasa capek dan lapar, rombongan Eyang Widuri memilih beristirahat di wilayah itu. Kebetulan, wilayah itu dikelilingi pohon rindang.

Eyang Widuri dan rombongan bersantai cukup lama sambil memakan bekal makanan dan minuman yang dibawa. “Rombongan Eyang Widuri bersantai dan bercengkerama di bawah pohon rindang. Kala itu, cuaca sangat panas,” ujar dia.

Tak berapa lama kemudian, rombongan Eyang Widuri melanjutkan kembali perjalanan mencari tanah subur. Mereka berjalan kaki sambil melihat tanah yang kondisinya gembur. Rombongan Eyang Widuri kaget lantaran ada aliran sungai yang cukup besar.

Akhirnya, mereka mengurungkan niat untuk menyeberangi sungai. Rombongan Eyang Widuri kembali beristirahat di bawah pohon rindang sambil memikirkan cara untuk menyeberangi sungai. “Kala itu, tidak ada jembatan untuk menyeberangi sungai, kan di dalam hutan,” terang dia.

Sementara itu, Kepala Dusun Ngasinan, Desa Ngasinan, Suyatno, mengungkapkan pada zaman dahulu juga ada seekor harimau yang mendiami wilayah itu. Harimau itu kerap bersantai di bawah pohon rindang sambil menggaruk-garuk tanah.

“Hingga sekarang masih banyak pohon rindang yang bisa digunakan untuk bersantai. Karena itu wilayah ini diberi nama Ngasinan karena saking banyaknya pohon rindang untuk bersantai,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya