SOLOPOS.COM - Masjid Darussalam di Kampung Kedunggudel, Kelurahan Kenep, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo. (Bony Eko Wicaksono/JIBI/Solopos)

Kedunggudel Sukoharjo dulu menjadi lokasi penyebaran ajaran Islam.

Solopos.com, SUKOHARJO — Kedunggudel merupakan kampung yang terletak di Kelurahan Kenep, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo. Sebagian penduduk Kedunggudel bermata pencaharian sebagai petani, buruh dan pedagang, sebagian lainnya bekerja sebagai pengrajin batik tulis serta penganan tradisional seperti jenang, rambak dan karak.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Di balik kemajemukan karakteristik masyarakat itu, Kedunggudel menyimpan histori yang cukup menarik. Sejarah berdirinya Kampung Kedunggudel tak bisa lepas dari penyebaran ajaran Islam yang dilakukan para alim ulama di Jawa. Banyak bukti bersejarah berupa masjid yang dibangun para alim ulama di Kampung Kedunggudel.

Kala itu, para alim ulama menyebarkan ajaran Islam melalui jalur Sungai Bengawan Solo yang menghubungkan wilayah Solo hingga Gresik, Jawa Timur.

“Masjid Darussalam menjadi masjid tertua di Kampung Kedunggudel. Masih ada beberapa masjid lainnya namun sebagian bangunan sudah hancur lantaran dimakan umur,” kata seorang tokoh masyarakat Kampung Kedunggudel, Sehono, saat berbincang dengan solopos.com, Jumat (9/6/2017).

Sungai Bengawan Solo menjadi jalur transportasi utama yang menghubungkan Kedunggudel dengan beberapa daerah. Selain masjid, para alim ulama juga membangun pasar sebagai pusat aktivitas perekonomian di sepanjang sungai. Mereka juga membangun gedung pertemuan yang digunakan saat menyebarkan ajaran Islam kepada warga setempat.

Para alim ulama juga membantu perjuangan Pangeran Diponegoro yang berperang melawan tentara Belanda. “Pangeran Diponegoro bersama pengikutnya sering merancang strategi perang di masjid. Mereka berpindah-pindah lokasi agar tak terlacak musuh,” papar dia.

Sejarah Kampung Kedunggudel juga berkaitan erat dengan Keraton Solo. Kala itu, Keraton Solo dipimpin Paku Buwono (PB) VI yang kerap melakukan pertemuan dengan Pangeran Diponegoro secara sembunyi-sembunyi di wilayah Kedunggudel. Tentara Belanda akhirnya mencium konspirasi itu dan membumihanguskan wilayah Kedunggudel.

Tentara Belanda membombardir wilayah Kedunggudel dengan menembakkan meriam. “Meriam ditembakkan 21 kali ke wilayah Kedunggudel. Anehnya, tak ada korban jiwa yang meninggal dunia. Tembakan meriam hanya merusak sebagian bangunan masjid dan rumah penduduk,” papar Sehono.

Sementara itu, seorang warga setempat, Muhammad Taufik, mengatakan zaman dahulu, ibukota Sukoharjo terletak di sekitar wilayah Kedunggudel. Kala itu, aktivitas perekonomian dipusatkan di sekitar Kedunggudel lantaran berdekatan dengan Sungai Bengawan Solo.

Lantaran memiliki sisi histori yang menarik, Kampung Kedunggudel kerap dikunjungi wisatawan mancanegara maupun lokal. Beberapa sekolah juga melaksanakan outing clas mengenai kebudayaan dan sejarah di wilayah itu.

“Kampung Kedunggudel memiliki sejarah menarik yang harus dijaga dan dilestarikan. Hal ini tak ditemukan di desa lain di Sukoharjo,” kata dia.   

  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya