SOLOPOS.COM - Perahu tersandar di dermaga alam Dukuh Gunung Sono, Desa Gilirejo, Miri, Sragen. Foto diambil belum lama ini. (Kurniawan/JIBI/Solopos)

Asal usul mengupas keberadaan Dukuh Gunung Sono.

Solopos.com, SRAGEN — Dukuh Gunung Sono adalah satu dari 11 dukuh yang ada di Desa Gilirejo, Kecamatan Miri, Sabupaten ragen. Sebagian wilayah dukuh ini berupa bibir perairan Waduk Kedung Ombo (WKO) yang dibangun periode 1980-an.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dukuh yang kini dihuni sekitar 200 keluarga itu dulunya berupa ara-ara yang dipenuhi ilalang atau rumput liar. Saat itu wilayah Gunung Sono belum berstatus sebagai dukuh, melainkan bagian wilayah Gilirejo.

Tapi sejak ada proyek pembangunan WKO, 100 an keluarga kehilangan tempat tinggal dan terpaksa pindah ke wilayah itu. Dalam perkembangannya, pemerintah lantas menetapkan wilayah tersebut sebagai dukuh.

Kepala Desa (Kades) Gilirejo, Parjo, saat diwawancara belum lama ini mengatakan kondisi geografis Gunung Sono berupa perbukitan. Dinamai Gunung Sono lantaran bukit itu banyak ditemui pohon Sono.

“Gunung Sono ini lahir karena geseran warga yang terkena proyek pembangunan waduk. Jadi dukuh ini adalah dukuh baru. Penghuninya ya warga dari sejumlah desa yang digenangi air waduk,” tutur dia.

Kondisi lahan di Gunung Sono terbilang kurang subur karena berupa padas. Hanya tanaman palawija seperti jagung yang bisa tumbuh di daerah ini. Kondisi itu membuat ekonomi warga pas-pasan.

“Warga yang terkena proyek dulu ada yang pindah ke pekarangan mereka, sebagian yang lain transmigrasi ke Sumatra. Mayoritas warga Gunung Sono berprofesi sebagai petani, dan petani penggarap,” imbuh dia.

Untuk memenuhi kebutuhan akan air, warga Gunung Sono mengandalkan jaringan air bersih dari pemerintah. Beruntung saat ini jaringan listrik sudah bisa dimanfaatkan oleh masyarakat setempat.

Hingga saat ini pohon Sono yang menjadi ciri khas dukuh ini masih banyak tumbuh. “Selain dermaga alam, pohon sono menjadi ciri khas dukuh ini. Sampai sekarang pohon ini masih mudah kita temui,” kata dia.

Parjo menerangkan, selain Gunung Sono, ada dua dukuh baru yang terbentuk pascappembangunan WKO. Dua dukuh itu yakni Rejomulyo dan Tanggulrejo. Warga dukuh itu dulu tinggal di area genangan.

Salah seorang warga Gunung Sono, Narno, mengonfirmasi dulunya dia tinggal di area genangan WKO. Karena pemerintah saat itu membangun waduk, dia dan keluarga terpaksa pindah ke daerah Gunung Sono.

Tak hanya dia dan keluarga, dulu banyak warga yang harus pindah lantaran terkena proyek pembangunan WKO. Lantaran tinggal di dekat waduk, Narno bekerja sebagai petani ikan keramba di tengah waduk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya