SOLOPOS.COM - Desa Bendogantungan Klaten (Shoqib Angriawan/JIBI/Solopos)

Solopos.com, KLATEN–Sebagai salah satu ikon kota bersinar, Dusun Bendogantungan, Desa Sumberejo, Kecamatan Klaten Selatan ternyata memiliki sejarah yang sangat menarik.

Konon, dusun yang kini juga didirikan Subterminal Bendogantungan tersebut pernah menjadi tempat yang dilewati seorang tokoh ulama, Ki Ageng Pandanaran yang merupakan Adipati pertama Semarang.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kaur Pemerintahan Desa Sumberejo, Tugiman Hajus Saman, yang didampingi Kepala Desa, Tri Raharjo, mengatakan kisah tersebut berawal saat Ki Ageng Pandanaran dan istrinya berjalan kaki di Semarang.

Suatu hari, mereka bertemu dengan penjual rumput di daerah tersebut.

Kemudian, penjual rumput yang tua renta itu meminta supaya Ki Ageng Pandanaran membeli barang dagangannya.

Namun, Ki Ageng Pandanaran justru bertingkah sombong dan berniat membeli rumput itu dengan harga murah.

Tanpa diduga, penjual rumput itu ternyata adalah seorang yang sakti. Barang yang dipikul penjual rumput tersebut kemudian dijatuhkan ke tanah dan berubah menjadi emas recehan.

Cangkul yang dia bawa kemudian dia digunakan untuk mengeruk tanah dan keluarlah emas.

Ki Ageng Pandanaran pun takjub melihat kesaktiannya. Dia pun meminta supaya pria tua tersebut mengakui siapa jati dirinya. Setelah itu, pria tua itu kemudian menunjukkan siapa dirinya, dia adalah Sunan Kalijaga.

Setelah itu, Ki Ageng Pandanaran pun malu dan bersujud kepada Sunan Kalijaga. Ki Ageng Pandanaran kemudian diminta untuk bertaubat dan disuruh menuju Gunung Jabalkat di Kecamatan Bayat, Klaten.

Dalam perjalanan, Ki Ageng Pandanaran dan istrinya tidak diperkenankan untuk membawa barang berharga. Namun, tanpa diketahui istrinya nekat membawa barang berharga.

Di perjalanan di Salatiga, mereka dicegat oleh tiga orang kawanan perampok. “Barang berharga sudah diserahkan kepada perampok, namun salah satu perampok ada yang berniat memperkosa istri Sunan Pandanaran,” ujar Tugiman saat ditemui Solopos.com di ruang kerjanya.

Perampok

Ki Ageng Pandanaran pun menyebut bahwa perampok itu memiliki watak seperti kambing yang rakus. Tanpa diduga, rampok tersebut kepalanya berubah menjadi kepala kambing. Setelah itu, ketiga rampok diminta bertaubat dan menjadi muridnya.

Di tengah perjalanan, mereka terus mengalami gangguan. Saat tiba di Klaten, tepatnya di kawasan yang saat ini disebut dengan Dusun Bendogantungan, rombongan Ki Ageng Pandanaran diganggu oleh jin.

“Jengkel dengan gangguan makhluk halus tersebut, kemudian Ki Ageng Pandanaran menggetak jin itu hingga menggantung di sebuah pohon besar,” paparnya.

Sejak saat itu, wilayah tersebut disebut dengan Bendogantungan karena ada jin yang tergantung karena dibentak oleh Ki Ageng Pandanaran.

Setelah itu, mereka pun melanjutkan hingga ke Gunung Jabalkat di Bayat. Sayangnya, hingga saat ini pohon tersebut tidak bisa ditemukan karena sudah ditebang.

“Saat ini, pohon besar yang ada di sebelah utara lampu merah Bendogantungan sudah tidak ada karena sudah ditebang. Namun, cerita itu akan selalu ada,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya