SOLOPOS.COM - Warga melintasi Jembatan Inul di yang menghubungan Jampen, Kismoyoso dengan Bladon, Pandeyan, Selasa (18/10/2022). Jembatan tersebut dibangun sekitar tahun 1990-an berupa jembatan sasak. (Solopos.com/Ni’matul Faizah).

Solopos.com Stories

Solopos.com, BOYOLALI – Di Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali ada sebuah jembatan alternatif yang diberinama Jembatan Inul. Letaknya ada di antara Dukuh Jampen, Desa Kismoyoso dengan Dukuh Bladon, Desa Pandeyan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Saat Solopos.com menyambangi jembatan tersebut pada Selasa (18/10/2022) jembatan dengan lebar sekitar 2 meter tersebut tidak bergoyang atau bergerak saat dilewati sepeda motor.

Akan tetapi, bentuk jembatan tersebut sedikit melengkung ke atas di bagian tengah. Di sebelah selatan dan utara jembatan terlihat pula konstruksi yang telah retak.

Ekspedisi Mudik 2024

“Kretek Inul Jampen – Bladon ini dulunya jembatan sasak dari bambu. Jadi kalau dibuat jalan endut-endut [bergoyang] begitu waktu masih pring [bambu]. Sekarang sudah dicor namanya juga masih kretek Inul,” ujar ketua RT 03 Dukuh Jampen, Zainal Abidin, saat berbincang dengan Solopos.com di rumahnya.

Rumah Zainal berada tepat di pinggir jembatan. Area sekitar jembatan di Dukuh Jampen tersebut dulu adalah tanah ayahnya yang kemudian diikhlaskan untuk membangun jembatan pada tahun 90-an.

Baca juga: Jembatan B Jurug Ditutup, Begini Kondisi Jalan Alternatif di Karanganyar

Ia menceritakan awal mulanya Jembatan Inul di Ngemplak tersebut berdiri dimulai dari dirinya dan sang kakak yang berkomunikasi dengan warga dukuh Bladon yang juga rumahnya di pinggir sungai.

“Jadi saya, kakak saya, dan warga kidul kali [selatan sungai] Mas Eni itu saling teriak. Woi, ayo buat jembatan. Walaupun sasak enggak apa-apa. Sekalian menyambung seduluran yo!” ucap Zainal meniru ucapannya pada tahun 1990-an.

Bak gayung bersambut, usul tersebut diterima oleh warga Dukuh Bladon tersebut. Kemudian, mereka juga memanggil RT saat itu untuk terlibat membangun jembatan sasak.

Setelah itu, Zainal berbincang dengan ayahnya dan mengusulkan jika pekarangan di seberang sungai sebaiknya dibangun jembatan.

Ayah Zainal pun setuju, beberapa warga juga menyumbangkan pohon bambu dan pohon kelapanya untuk digunakan membangun jembatan sasak pertama.

Baca juga: Jembatan Mojo Ditutup 26 September, Dishub Sukoharjo: Jalan Ciu Jadi Alternatif

Lebih lanjut, Zainal menceritakan rencana awalnya hanya warga RT selatan dan utara sungai. Namun, saat pembangunan warga RW selatan dan utara ikut membangun jembatan tersebut.

“Itu jembatan sasak yang pertama dari bambu dan glugu [batang pohon kelapa]. Namun, namanya jembatan sasak kalau banjir ya harus membenarkan lagi. Kemudian, pembangunan jembatan tahap kedua itu pakai blabak [papan] itu,” jelasnya.

Setelah dibangun jembatan sasak dengan bambu kemudian tahap kedua dengan kayu, lanjut Zainal, warga ingin membuat jembatan yang tidak mudah tersapu banjir.

Akhirnya warga sepakat untuk membangun jembatan cor swadaya. Ia tidak ingat kapan pasti jembatan cor mulai dibangun, akan tetapi ia memperkirakan jembatan cor penghubung Jampen dan Bladon dibangung sekitar 15 – 20 tahun yang lalu.

Pada saat itu, lanjut Zainal, warga pun iuran uang sekitar Rp10.000 – Rp15.000 per kepala keluarga. Selain dari iuran, ada juga beberapa sumbangan untuk membangun jembatan cor. Setelah iuran terkumpul, warga segera bergotong royong membangun jembatan Inul tersebut.

Baca juga: Hore! Ruas Jalan di Kecamatan Klaten Selatan dan Ceper Segera Diperbaiki

Ia mengatakan sebelum ada jembatan Inul tersebut, dirinya jika ingin ke Dukuh Bladon yang seharusnya hanya bisa ditempuh melewati sungai dengan lebar sekitar 12 meter harus berputar dan memakan waktu sekitar 7 menit jika menggunakan sepeda motor.

Dengan adanya jembatan, dua dukuh yang terpisah sungai tersebut akhirnya bisa menjadi saudara dan saling bertegur sapa.

“Sebelum ada jembatan begitu kami berasa tidak kenal. Bahkan saya dulu sering plinteng-plintengan [saling serang ketapel]. Sekarang sudah bisa jagongan [duduk] bareng,” kata dia.

Selain itu, manfaat adanya jembatan alternatif Jampen, Kismoyoso dengan Bladon, Pandeyan, jelas Zainal, adalah untuk mengurai kemacetan di jalan utama.

Ia mengatakan dengan warga melewati jembatan Inul tersebut, maka akan langsung mengarah ke Asrama Haji Donohudan dan Kartasura. Ia mengatakan banyak warga yang telah menggunakan jembatan Inul tersebut untuk mempersingkat perjalanan.



Baca juga: Ini Jalur Alternatif Arus Balik di Kulonprogo, Hindari Macet

Namun, karena termakan usia, jembatan alternatif tersebut kondisinya sudah tak seperti awal mula dibangun.

“Jangka waktu sudah lama akhirnya tergerus banjir. Itu yang selatan dan utara cuma gandul. Untuk yang tengah aman karena dibuat kami membuat cakar ayam sampai padas [keras]. Kami dulu buatnya sampai tangan kami mengapal. Alhamdulillah banjir sebesar apapun tidak kalah,” tuturnya.

Akan tetapi, lanjut Zainal, konstruksi bagian selatan dan utara jembatan yang menempel ke tanah tergerus sehingga mengalami retakan.

Selaku ketua RT, dirinya selalu mengusulkan ke Pemerintah Desa (Pemdes) Kismoyoso untuk diadakan pembangunan jembatan. Namun, hingga sekarang belum dapat terealisasi.

“Harapan kami selaku warga, jembatan ini bisa diperbaiki dan diperlebar karena manfaatnya bisa memotong kemacetan di jalan utama. Kemudian juga ketika jembatan diperbaiki tentu dapat mempersingkat jalan, otomatis kalau banyak transportasi ke sini, maka dapat meningkatkan ekonomi warga,” tuturnya.

Baca juga: Diterjang Arus Sungai, Jembatan Kadirejo Klaten Kini Putus Total

Zainal mengatakan warga juga berharap ada donatur yang tergugah untuk membantu pembangunan jembatan Inul di dukuhnya.

Ia mengatakan warga antusias agar jembatan alternatif tersebut dapat diperbaiki sehingga dapat juga dilewati mobil.

Dirinya mengaku akan mengikhlaskan lahannya yang berada di bibir jembatan jika ada proyek perbaikan dan pelebaran Jembatan Inul. Bahkan, kata Zainal, warga akan siap gotong royong membangun jembatan.

Sementara itu, Kepala Desa (Kades) Kismoyoso, Siyamto, membenarkan warga telah mengusulkan pembangunan jembatan Inul.

Akan tetapi, ia mengatakan belum ada anggaran pembangunan jembatan Inul. Terlebih lagi, hal tersebut karena berhubungan desa lain.

Baca juga: Inovatif! Kecamatan di Boyolali Ini Luncurkan Aplikasi Sigopiades

“Dari desa sebenarnya berminat untuk mengusulkan [ke DPUPR – Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang]. Memang kami juga usulkan, tapi sementara belum. Dulu juga pernah lah, tapi dari tahap PU mungkin ada prioritas,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya