SOLOPOS.COM - Donald Trump berpidato saat inaugurasi Presiden AS, Jumat (20/1/2017) waktu setempat. (JIBI/Reuters/Yuri Gripas)

Pemerintah disarankan mendekati Donald Trump terkait langkah AS menginvestigasi Indonesia.

Solopos.com, JAKARTA — Guna mengantisipasi kebijakan perdagangan Donald Trump, pemerintah Indonesia disarankan memperkuat hubungan bilateral di bidang perdagangan dengan Amerika Serikat (AS). Hal ini terkait investigasi AS terhadap sejumlah negara yang mengalami surplus perdagangan dengan negara itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Ekonom Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih, melihat kebijakan AS baru akan terlihat setelah pertemuan antara bilateral dengan Sekjen Partai Komunis China Xie Jin Ping. Jika China berhasil membujuk AS, dia menyarankan Indonesia mengikuti langkah Negeri Bambu tersebut.

“Kalau ternyata yang membuat surplus paling besar China saja, AS lunak, kenapa kita engga. Berarti kita harus meniru diplomasinya. Kita harus datang ke AS,” ujarnya Rabu (5/4/2017).

Dari analisanya, Lana menduga Trump akan melakukan renegosiasi semua kerja sama perdagangan secara bilateral. Melihat skema ala Trump ini, dia memandang perlu bagi pemerintah mempersiapkan tim diplomasi perdagangan. Tim ini sebaiknya dipimpin oleh Kementerian Perdagangan karena otoritas tersebut memahami permasalahan dagang di skala internasional yang meliputi bea masuk, tarif, dan sebagainya.

Sebelum AS ramai dengan masalah perdagangan, Lana menuturkan negara tersebut memiliki daftar negara yang disukai atau most favor nations (MFN). Negara yang masuk ke dalam daftar tersebut mendapatkan kemudahan pajak yang berbeda dari partner dagang AS yang lain. Jika hal ini kembali diterapkan oleh Trump, maka pendekatan kepada AS akan bergantung kepada lobi tingkat tinggi.

Namun, ekonom PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede mengatakan Indonesia tak bisa disalahkan terkait defisit perdagangan AS yang melebar dalam dua tahun terakhir sekitar -US$500 miliar. Defisit ini sebenarnya dipengaruhi juga oleh perlambatan ekonomi global yang mendorong pertumbuhan negatif ekspor AS -4% (yoy), sementara impor tumbuh melambat namun laju perlambatan lebih rendah dari ekspor yakni -3% (yoy) dalam dua tahun terakhir.

Lebih lanjut, tren penurunan ekspor AS juga dipengaruhi oleh tren penguatan dollar yang didorong oleh quantitative easing tapering serta tren kenaikan suku bunga AS dalam jangka panjang. Di sisi lain, Josua memandang penguatan dolar AS juga mendorong kenaikan biaya impor ke AS.

“Jadi menurut, saya tuduhan Trump tersebut kurang beralasan dan perlu dipahami melebarnya defisit perdagangan AS didorong karena kondisi ekonomi global serta tren penguatan dollar AS dalam beberapa tahun terakhir ini,” ujarnya.

Apabila investigasi perwakilan dagang AS menemukan adanya tindakan kecurangan dari mitra dagang, dia memperkirakan pemerintah AS tentunya akan memperketat kebijakan antidumping dengan mitra dagangnya. Tentu, ini berpotensi mempengaruhi ekspor indonesia ke AS secara langsung.

Namun berdasarkan produk ekspor Indonesia ke AS, tekstil, karet olahan, alas kaki, elektronika dan makanan dan minuman menjadi komoditas utama. AS memang tidak memiliki daya saing pada sebagian besar komoditas tersebut.

Sementara itu, impor AS ke Indonesia hanya besi baja, mesin, serta kimia dasar yang berkontribusi hampir 50%. Untuk komoditas tersebut, Indonesia belum memiliki daya saing juga dalam produksi domestik untuk barang-barang tersebut. “Jadi, investigasi pemerintah AS diperkirakan tidak akan mempengaruhi signifikan kinerja langsung ekspor Indonesia kedepannya.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya