SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi
Sebagai warga yang baik Mas Behi mengajak Jeng Janeth istrinya sampai kakeknya John Koplo pergi ke petugas setempat untuk mbuat e- KTP.
Berangkatlah keluarga Mas Behi menuju kelurahan.
”Nanti tiap orang harus difoto satu-satu secara begantian!” perintah Den Baguse, sang petugas bagian pemotretan dan dokumentasi. Semua keluarga Mas Behi pun foto bergantian.
Sesampai giliran John Koplo sang kakek, John Koplo mengajukan syarat agar diberi uang lebih dahulu sebelum diambil gambarnnya dengan kamera digital petugas. Akhirnya Mas Behi mengeluarkan uang dari sakunya dan dikasihkan.
Sesampai giliran John Koplo sang kakek, John Koplo mengajukan syarat agar diberi uang lebih dahulu sebelum diambil gambarnnya dengan kamera digital petugas. Akhirnya Mas Behi mengeluarkan uang dari sakunya dan dikasihkan.
Setelah berapa kali jepretan, foto dianggap rampung. Anehnya Mbah John Koplo justru tak mau pergi dari tempat duduknya, ”Mari Mbah, foto-nya sudah selesai, silakan gantian dengan yang lain. Mbah pindah tempat duduk ” tawar Den Baguse.
Tapi Mbah John Koplo itu menolak, ”Nggak Mas, pokoknya aku njaluk duwit sikik (dikasih uang dulu),” jawab John Koplo agak ketus minta uang lagi.
Para warga yang bareng mau daftar pemotretan ikut tertawa kemekelen melihat tingkah mbah John layaknya artis-artis. “Mbah…mbah…bagus mbah…koyo artis sampeyan,” celetuk Lady Cempluk salah satu warga.
Malam harinya, ketika semua keluarga berkumpul di rumah sambil nonton televisi dan sambil santai. ”Lho, foto dan hasil pemotretan tadi siang dah masuk televisi belum, kok gak ada di situ?” tanya mbah John.
Mas Behi langsung menjawab, ”Owwwwalah Mbah…mbahhh, dari tadi aku mikir kenapa pas foto mbah njaluk duit, Ternyata pingin masuk televisi to?” tanya Mas Behi.
“Lho….Kan tadi foto untuk jadi artis televisi,” jawab Mbah John.
Karuan saja sekeluarga pada ngguyu ngakak. Sementara mbah John Koplo cuma pringas-pringis gak ngerti kenapa diketawain.
Nur Mustafid
Klitren Lor