Harianjogja.com, JOGJA- Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X sadar masuknya DIY sebagai kota wajib dikunjungi versi The New York Times bisa menjadi bumerang.
Bersama Walikota Jogja, Haryadi Suyuti, Sultan mengaku telah mempresentasikan pertimbangan penetapan Jogja sebagai Heritage City itu kepada kementerian. “Saya berharap itu cepat terealisasi, disetujui oleh Kementerian PU,” ujar Sultan di Kompleks Kepatihan, Senin (13/1/2014).
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Ketika nantinya disetujui, ujar Sultan, penataan tidak hanya menjadi tanggung jawab penuh pemerintah daerah saja. Pemerintah Pusat juga memiliki andil besar terhadap Jogja. “Karena dengan disetujui praktis menjadi strategi nasional. Pusat bisa sharing dana,” tuturnya.
Ia mengaku, tak mengerti pasti pertimbangan New York Times menetapkan Jogja sebagai satu dari sekian kota di dunia yang wajib dikunjungi. Perkiraannya, cuma karena objek wisata, perhotelan, dan akses jalan untuk menuju lokasi wisata yang satu ke objek lainnya.
Tapi, kalau untuk kondisi kriminalitas, menurut dia, pasti tidak jauh berbeda sekalipun dengan Cape Town, kota di Afrika Selatan yang ditetapkan New York Times sebagai kota layak dikunjungi pada peringkat pertama.
Karena itu, Sultan memiliki harapan, ketika Jogja Heritage City menjadi strategi nasional, penataan tidak hanya pada fisik atau objek wisata. Sesuai dengan proposal yang diusulkan itu, lanjut dia, penataan adalah pada kawasan. “Artinya tidak hanya objek, tapi juga pada masyarakatnya,” ujarnya.
Dengan begitu, menurut Sultan, nama besar Kota Jogja sebagai kota yang layak dikunjungi itu tidak sekadar karena objek, tapi masyarakat yang peduli dengan kehidupan pariwisata. Sehingga dengan sendirinya, sektor pariwisata itu bisa menghidupi mereka.