SOLOPOS.COM - Sejumlah mahasiswa melukis mural di dinding jalan Kampung Tegal Rejo Jebres Solo, Rabu (19/3/2014). Kegiatan bedah kampung ini menjadi bagian Art Edu Care: Local Movement yang digelar Prodi Seni Rupa FKIP UNS Solo. JIBI/Solopos/Septian Ade Mahendra

Solopos.com, SOLO — Program Studi Seni Rupa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Rabu (19/3/2014) siang, menggelar kegiatan berkesenian komunal bertajuk Bedah Kampung. Acara yang merupakan salah satu dari rangkaian acara Art Edu Care #5: Local Movement itu digelar perkampungan Tegal Rejo RT 002/RW 001, Kelurahan Jebres, Kecamatan, Jebres, Solo.

Ketua penyelenggara acara Adam Wahida mengemukakan harapan gerakan itu mampu lebih memasyarakatkan seni rupa dengan semangat tradisi. “Kami pinjam spirit seni tradisi yang biasanya bersifat komunal, ada desikasi, dan partisipasi. Ini yang kami gali. Lewat gerakan seperti ini seni rupa bisa tumbuh di masyarakat. Lukisan enggak harus ada di galeri, bisa di kampung juga. Semua orang punya kecerdasan visual. Kami ingin mengembalikan itu. Bakat tidak boleh jadi kambing hitam untuk mengenal seni,” pungkasnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Akibat penyelenggaraan acara itu, jalan perkampungan Tegal Rejo tampak lebih ramai dibandingkan hari biasanya. Di bawah teriknya sengatan matahari, belasan orang tampak mengitari lapak angkringan berlabel Pasar Karat Dondang Sayang. Mereka berburu kesegaran segelas minuman es teh tarik racikan Sahar Supar, 39.

Ekspedisi Mudik 2024

Tangan Sahar lincah menuangkan campuran teh dan susu kental manis dari satu gelas ke gelas lainnya. Aksi dosen sekaligus seniman patung asal Universiti Teknologi Mara (UTM) Melaka Malaysia ini terlihat luwes saat membuat atraksi “tarikan”. Kepiawaiannya meracik minuman mengundang kekaguman dari warga sekitar yang kebetulan melintas.

Salah satunya bagi siswa SD berusia delapan tahun, Floren Rifda Indayati. Bersama ketiga temannya, Floren tertarik menjajal minuman khas Negeri Jiran ini. Saat mendatangi lapak Sahar, dia disambut ramah Rozli Zakaria, 49. Rekan pengajar Sahar ini menyodorkan secarik kertas putih dan pensil kepada Floren dan kawan-kawannya. “Ini tak bayar. Kalian cukup membayar dengan gambar,” katanya.

Floren pun dengan sigap menggambar dua bukit dengan mentari terbit yang bersinar di bagian tengahnya. Sebagai imbalannya, gadis kecil ini bersama temannya mendapatkan segelas es teh tarik plus tempe goreng sebagai camilan.

Aksi “jualan” es teh tarik Pasar Karat Dondang Sayang itu merupakan bagian dari peformance art dari para perupa UTM Melaka. Konseptor performance art, Rozli Zakaria, menjelaskan pasar karat dalam bahasa Indonesia berarti pasar loak, sementara Dondang Sayang merupakan lagu khas daerah Melaka.

“Kami ingin mengajak masyarakat biar enggak takut melukis. Kebanyakan orang takut mengekspresikan seni. Model berkesenian seperti ini akan kami jadikan bekal pendidikan informal, agar beberapa kalangan masyarakat bisa lebih mengerti esensi berkesenian,” jelasnya saat ditemui di sela-sela kegiatan, Rabu.

Performance art yang digelar belasan orang asal Malaysia itu hanya salah satu aksi dalam Bedah Kampung. Acara yang merupakan bagian dari Art Edu Care #5: Local Movement tersebut. Di sepanjang jalan yang persis berbatasan dengan Stasiun Jebres ini, seratusan orang perupa muda yang berasal dari Universitas Sebelas Maret Solo, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Brawijaya, dan Univeristas Negeri Yogyakarta, turun ke jalan membuat mural.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya