SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Rupiah kembali perkasa. Itulah judul yang pas untuk menyebut kondisi
mata uang rupiah belakangan ini. Pasalnya, rupiah mengalami penguatan
hingga mendekati level Rp9.000 tiap dolar AS (19 Maret). Penguatan
rupiah kini mencapai kisaran di bawah Rp9.000 tiap dolar AS. Fenomena
apresiasi rupiah memang menjadi fenomena moneter dan menarik dijadikan
bahan kajian. Setidaknya ada dua hal yang menarik untuk dikaji terkait
penguatan rupiah ini, yaitu apakah penguatan rupiah adalah cerminan
fundamental ekonomi Indonesia atau tren pasar yang sekedar ingin mencari
keuntungan jangka pendek.

Penguatan atau pelemahan mata uang
merupakan fenomena pasar yang pasti terjadi. Hal ini menjadi fenomena
moneter mengingat Bank Indonesia selaku otoritas moneter telah
mengumumkan bahwa fluktuasi rupiah sepenuhnya dipengaruhi oleh emosi
pasar (pasar). Gonjang-ganjingnya rupiah sangatlah bergantung pada
stabilitas ekonomi, baik domestik maupun internasional. Penguatan rupiah
kali ini lebih banyak dipengaruhi oleh sentimen luar negeri. Masuknya
arus dana asing (hot money) ke Indonesia memicu permintaan rupiah yang
cukup tinggi sehingga penguatan rupiah tak terbendung.

Promosi Tragedi Simon dan Asa Shin Tae-yong di Piala Asia 2023

Beberapa faktor
Apresiasi rupiah saat ini dapat dilihat dari beberapa faktor. Pertama,
penguatan rupiah karena ekspektasi mengenai masa depan perekonomian
Indonesia yang dipandang positif oleh pengamat. Ekspektasi ini dikuatkan
dengan penyataan sikap Bank Indonesia yang menaikkan tingkat
pertumbuhan Indonesia dari sekitar 5% menjadi 5,5%. Tentunya, kenaikan
target pertumbuhan ini mencerminkan harapan yang baik pada perkembangan
perekonomian Indonesia mendatang. Selain itu ekspekstasi ini disebabkan
karena semakin baiknya perkembangan beberapa variabel makro ekonomi
Indonesia.

Sebagaimana diketahui, variabel
makro mencerminkan secara agregatif sekaligus mendokumentasikan
pencapaian perekonomian suatu negara. Per Desember 2009 lalu, tingkat
inflasi berada pada kisaran 4,5%. BI rate sebagai suku bunga acuan
hingga kini masih berada pada kisaran 6,5%, serta cadangan devisa di
atas 65 miliar USD. Dengan kondisi demikian, investor memandang bahwa
Indonesia berada dalam kondisi best performance dan memiliki
kredibilitas dalam setiap gerak perekonomian, sehingga menjadi tempat
yang aman dan menarik untuk berinvestasi.

Kedua, penguatan rupiah disebabkan
karena imbal hasil aset rupiah dinilai lebih menarik ketimbang aset
asing. Dengan asumsi adanya mobilitas modal yang sempurna antar negara
serta tingkat bunga dunia sama dengan tingkat bunga domestik, modal
asing akan mencari tingkat keuntungan yang maksimal. Modal asing akan
mencari tempat investasi yang memiliki tingkat pengembalian (return)
yang paling menguntungkan. Selain itu, peringkat utang Indonesia juga
meningkat, dari BB- menjadi BB (dua level di bawah investment grade).

Padahal, jika Indonesia masuk dalam
peringkat investment grade, maka dana asing akan masuk lebih deras lagi
ke Indonesia. Tak dapat dipungkiri Indonesia dipandang sebagai tempat
yang paling menguntungkan berdasar pada perbedaan tingkat bunga acuan
The Fed yang berada di bawah 2%. Sedangkan tingkat acuan BI dalam
kisaran 6,5% sehingga dengan spread atau marjin 4-5% sangatlah
menjanjikan. Menariknya imbal hasil aset domestik ditandai pula oleh
naiknya IHSG ke level di atas 2.756 per Maret 2010 (pertumbuhan paling
tinggi di Asia, yakni mencapai  3,25%).

Ketiga, penguatan rupiah tak lepas
karena stabilitas dan kepercayaan akan stabilitas politik domestik.
Dunia internasional menaruh kepercayaan yang tinggi kepada pemerintah
SBY-Boediono, yang dipandang dapat menentramkan dan menjaga emosi pasar
pada posisi stabil. Apalagi dunia telah menilai positif akan demokrasi
di Indonesia yang sarat dengan kedamaian.

Namun demikian penguatan rupiah
akibat sektor makro sangatlah berbahaya bagi perekonomian dalam jangka
panjang. Bagaimana pun juga perkembangan sektor makro harus dapat
ditransmisikan ke sektor mikro. Sektor mikro adalah sektor inti
sekaligus penopang perekonomian yang sebenarnya. Sebagaimana diketahui,
sektor makro memberikan informasi yang sempurna mengenai kondisi
perekonomian melalui identifikasi variable makro. Perkembangan positif
pada variable makro akan menarik aliran dana yang kemudian masuk ke
dalam sendi-sendi perekonomian.

Tentunya dalam perekonomian terdapat
banyak sektor-sektor riil yang menyerap tenaga kerja dan penyediaan
suplai barang dan jasa. Sehingga, bila dana yang beredar pada sektor
makro dapat menstimulasi dan mengakomodasi perkembangan sektor mikro
(riil). Akan ada sirkulasi ekonomi yang akhirnya menciptakan pemerataan
sumber ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya bila sektor makro
berkembang terlalu cepat dan tidak diimbangi dengan perbaikan sektor
mikro, maka bubble ekonomi terjadi dan rawan krisis bila terjadi
perbalikan dana/modal asing (capital reversal).

Perlu kejelasan
Memang, para eksportir belakangan ini dibuat kalang kabut dengan
apresiasi rupiah ini. Mereka melalui asosiasinya meminta kejelasan dari
pemerintah dan BI mengenai apreasiasi rupiah ini, apakah bersifat
fundamental atau emosional semata.  Jika fundamental, para eksportir
akan membuat perhitungan baru. Namun, jika bersifat sementara, sia-sia
saja ada perhitungan ulang. Yang jelas, untuk sementara waktu, penguatan
rupiah ini akan menghimpit para eksportir. Oleh sebab itu kejelasan
mengenai persoalan ini sangat ditunggu-tunggu para eksportir domestik.

Yang jelas, dalam jangka panjang,
penguatan rupiah adalah merupakan berkah, bukan bencana. Kita tahu
dengan terjadinya apresiasi rupiah akan membantu menekan inflasi dari
dua sisi sekaligus. Dari sisi permintaan, apresiasi rupiah menyebabkan
harga barang-barang impor akan menjadi lebih murah dan menekan
harga-harga barang domestik. Sedangkan dari sisi suplai, apresiasi
rupiah ini menyebabkan harga raw material industri domestik yang umumnya
diimpor akan menjadi lebih murah (menurunkan biaya produksi) dan
menekan harga barang-barang industri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya