SOLOPOS.COM - I-Doser (Youtube)

Aplikasi kontroversial I-Doser disebut BNN bukan narkoba.

Solopos.com, JAKARTA Aplikasi kontroversial I-Doser menjadi perbincangan banyak pihak. Hal itu karena aplikasi I-Doser membuat penggunanya berhalusinasi seperti mengonsumsi narkoba.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebagaimana diberitakan Liputan6.com, Selasa (13/10/2015), menurut Kepala Bagian Humas Badan Narkotika Nasional (BNN), Kombes Pol. Slamet Pribadi, aplikasi kontroversial I-Doser bukanlah narkoba. “I-Doser dan aplikasi sejenisnya bukanlah narkoba dan itu tidak berbahaya,” kata Kombes Pol. Slamet Pribadi.

Ia menuturkan pihaknya telah melakukan penyelidikan secara mendalam terhadap aplikasi kontroversial tersebut. Hasilnya, tidak ada hal yang berbahaya dari I-Doser.

Ekspedisi Mudik 2024

“Kami telah melakukan penyelidikan terhadap aplikasi kontroversial I-Doser dan sejenisnya. Untuk menyelidiki aplikasi ini, kami melibatkan sejumlah pakar di BNN, psikolog, dan hasil lab,” terangnya.

Slamet membeberkan, pihaknya telah melakukan koordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo). Hasil dari penelitian tersebut akan dikirimkan secepatnya ke Kemkominfo.

Meski hasil penelitian dari aplikasi kontroversial menyimpulkan tidak ada yang berbahaya, namun Slamet tetap mengimbau kepada orang tua untuk tetap memantau anak-anaknya terhadap penggunaan aplikasi yang tersedia di sejumlah platform.

Pada dasarnya, fungsi aplikasi kontroversial I-Doser hanyalah memberikan terapi lewat efek dari dosis suara untuk memodifikasi mood dan suasana hati penggunanya. Namun, banyak yang menyalahgunakan aplikasi tersebut dan dapat membuat pendengarnya berhalusinasi seperti mengonsumsi narkoba.

Aplikasi kontroversial I-Doser menawarkan beberapa tipe dosis gelombang yang bisa didengar, mulai dari dosis ganja, N,N-Dimethyltryptamine (DMT), Lysergic acid diethylamide (LSD), dan beberapa obat-obatan terlarang lainnya.

Sementara itu, dikutip dari Okezone, Selasa, Menkominfo Rudiantara mengaku akan melakukan penyelidikan mengenai aplikasi kontroversial I-Doser.

“Kita juga harus konsultasi dengan psikolog karena yang tahu itu kan masalah sugesti,” kata Rudiantara setelah bertemu Gubernur DKI Jakarta Basuki T. Purnama di Balai Kota DKI, Selasa.

Pria yang kerap disapa Chief RA ini menjelaskan, aplikasi kontroversial I-Doser tidak memberikan efek physical narkoba. “Itu teori hipnotis atau apa, teman-teman ini sedang cek. Ada panelnya, hari ini langsung dievaluasi,” tuturnya.

Namun, apabila dirasa aplikasi kontroversial I-Doser mengganggu masyarakat, Kominfo akan melakukan pemblokiran. “Kalau masyarakat bilang meresahkan ya kita blokir,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya