SOLOPOS.COM - Sergey Brin (Kiri) dan Rudiantara (Kanan) (Detik)

Aplikasi chatting buatan lokal diharapkan bisa menyaingi OTT asing seperti Facebook, Twitter, Whatsapp dan Line.

Solopos.com, JAKARTA — Tiga layanan over the top (OTT) nasional disiapkan untuk menyaingi OTT asing yang telah lama berkuasa di negeri ini seperti Facebook, Twitter, Whatsapp, dan Line.

Promosi Pembunuhan Satu Keluarga, Kisah Dante dan Indikasi Psikopat

Sebagaimana dikutip dari Detik, Jumat (18/3/2016), tidak dapat dipungkiri, saat ini aplikasi chatting yang menguasai Indonesia adalah buatan luar negeri semua. Masyarakat Indonesia hanya sebagai konsumen aplikasi tersebut.

Pemerintah dalam hal ini diwakili oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) berniat untuk menjadikan OTT nasional go international. Perbincangan masalah itu sudah dilakukan sejak setahun lalu antara Pemerintah dengan Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh lndonesia (ATSI).

Akhirnya, impian itu dapat terealisasi dengan dipilihnya tiga aplikasi chatting lokal, hasil karya putra-putri Indonesia yang akan didukung pemerintah. ATSI pun memberi dukungan kepada aplikasi OTT nasional terpilih yakni Qlue.co.id, Catfiz.com, dan Sebangsa.com.

Sementara Menkominfo Rudiantara berharap tiga aplikasi chatting itu akan mampu menjadi katalisator bagi pengembangan industri kreatif yang berbasis pada teknologi digital.

Menurutnya, masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang paling aktif menggunakan berbagai produk digital. Sudah lama Indonesia dikenal sebagai ibukota sejumlah media sosial. Tidak heran apabila semua OTT raksasa dunia kini memiliki perhatian khusus ke kita. Potensi pasar Indonesia, kata menteri, sangat besar.

“Nah, fakta itu semestinya memang menjadi pengingat agar kita jangan hanya menjadi pengguna OTT asing, namun juga mampu menciptakan sendiri OTT yang digunakan oleh orang sedunia. Saya yakin kita pasti bisa, karena teknologi digital pada dasarnya membuka kesempatan luas kepada setiap orang untuk bisa berkreasi,” ujarnya di gedung Telkomsel Smart Office, Jakarta, Kamis (17/3/2016).

Menkominfo menambahkan, perkembangan industri kreatif berbasis digital dalam negeri akan menjadi modal penting bagi bangsa lndonesia untuk bersaing di pentas global. Hal itu juga sejalan dengan kebijakan Pemerintah untuk membangun OTT Nasional guna mendorong terwujudnya Digital Ekonomi di lndonesia.

Rudiantara berharap agar ketiga OTT Nasional tersebut dapat menunjukkan keseriusannya mereka layak didukung dan dapat memberikan layanan yang dibutuhkan masyarakat termasuk bagi komunitas pemerintahan.

Dalam kesempatan itu, Menkominfo bersama ATSI yang diwakili oleh seluruh petinggi operator seluler menyerahkan piagam pembinaan kepada pengelola ketiga OTT tersebut.

“ATSI telah berkomitmen akan memberikan dukungan yang sepadan kepada ketiga OTT agar mereka bisa lebih memasyarakat di Indonesia dan bahkan mengglobal. Semua anggota asosiasi sudah sepakat untuk itu, karena kami sadar benar program ini merupakan bagian dari upaya mengangkat citra bangsa, sekaligus memotivasi masyarakat untuk mampu memanfaatkan secara maksimal kemajuan teknologi digital,” kata Ketua Umum ATSI, Alexander Rusli,.

Mengenai bentuk riil pembinaan dan dukungan yang akan diberikan kepada tiga OTT, Alex menyebutkan, ATSI diantaranya akan memberikan dukungan promosi layanan melalui jaringan milik operator, di antaranya pengiriman SMS Broadcast, pencantuman logo , link, dan banner.

Bentuk pembinaan ini akan dikaji secara berkala sehingga dapat memberikan hasil yang maksimal bagi para aplikasi chatting OTT binaan. “Sebagai langkah awal, dukungan ini kami berikan kepada tiga OTT terpilih dan melibatkan enam anggota ATSI, yaitu Telkomsel, Indosat Ooredoo, XL Axiata, Hutchison 3 Indonesia, Smartfren dan Telkom. Kami terbuka dengan OTT nasional lainnya serta dengan melibatkan anggota ATSI lainnya,” imbuh Alex.

Tiga OTT Nasional yang terpilih merupakan karya anak-anak muda Indonesia. Mereka memiliki komitmen kuat serta idealisme untuk mengembangkan dunia digital Tanah Air.

Proses penilaian telah berlangsung sejak Desember 2015 lalu terhadap sekitar lima OTT. Tiga OTT terpilih memiliki rencana kerja yang jelas, namun mereka belum dikenal secara luas oleh ke masyarakat.

“Yang penting, OTT nasional itu harus mudah. Jadi, ukurannya, kalau menteri bisa instal, maka masyarakat akan mudah download dan install. Masalahnya, menteri itu terkadang tidak punya waktu,” kata Rudiantara menjelaskan.

Lalu, ia juga menambahkan target dari OTT nasional ini juga mengalahkan OTT asing seperti Facebook, Twitter, Whatsapp, Line, dan lainnya.

“Masak Facebook punya 73 juta pengguna, Twitter 40 juta, Line punya 60 juta pengguna, OTT Nasional tidak bisa melampauinya. Itu sih gampang. Kan, pelanggan selular itu sekarang sekitar 160 juta yang aktif data. Apalagi dengan dukungan semua operator di bawah ATSI. Tinggal dimasukkan dalam SIM card saja. Masak tidak ada yang menggunakan,” tambah Rudiantara.

Menkominfo Ajak Menteri Lain Tinggalkan Whatsapp

Menkominfo Rudiantara mengaku dirinya adalah admin grup aplikasi chatting Whatsapp para menteri baik eselon satu dan dua. Rudi secara perlahan mengajak para menteri untuk dukung OTT nasional dengan menggunakan aplikasi chatting buatan anak negeri.

Seperti diketahui, ATSI baru saja mengumumkan dukungannya terhadap tiga aplikasi OTT yang bergerak di bidang pesan instan, sosial media dan komunitas. Untuk itu, Rudi ingin menggunakan aplikasi chatting Catfiz daripada Whatsapp yang notabene milik asing.

“Saya sudah menjadi admin di kabinet kerja. Sekarang masih pakai Whatsapp tetapi akan saya ajak teman-teman menteri untuk pindah ke aplikasi buatan nasional. Pasti butuh transisi, tetapi lama kelamaan kita bisa tinggalkan WhatsApp dan aplikasi asing lainnya,” terang Rudi, dilansir Okezone, Jumat.

Selain Catfiz, ATSI memberikan dukungan untuk Sebangsa.com dan Qlue.co.id. RA mengusulkan ditanamnya tiga aplikasi chatting itu di dalam SIM Card, harapannya untuk meningkatkan kepedulian masyarakat.



Sayangnya, Rudiantara belum menunjukkan minat untuk menanamkan aplikasi chatting tersebut pada ponsel-ponsel yang akan masuk ke Indonesia. “Kalau vendor susah ya. Mereka ada 20, sulit untuk mengaturnya. Kalau operator kan gampang lewat ATSI saja sudah ter-kover,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya