SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solo (Espos)–Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Solo menilai kenaikan harga gas industri secara signifikan memukul pelaku sektor industri jasa di Solo.

Hal ini disampaikan Sekretaris Eksekutif Apindo Solo, Rihatin Budiyanto, mengingat pengguna gas terutama kalangan industri jasa di Kota Solo cukup banyak.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Kamis (1/4), Rihatin menyampaikan, Apindo dengan beberapa pelaku sektor industri jasa bersama Apindo sudah memprediksi dampak kenaikan harga gas terhadap biaya produksi.

“Seperti untuk rumah sakit, diprediksi biaya produksi akan membengkak sekitar 5%. Sementara untuk hotel bisa mencapai sekitar 30%. Dan untuk industri restoran dan rumah makan berkisar 20%,” tutur Rihatin.

Ia menyebutkan untuk industri manufaktur di Soloraya belum banyak yang menggunakan gas. Melainkan batu bara dan listrik. Hanya saja, menurut dia, sektor industri secara umum tahun ini akan dihantam dengan kenaikan-kenaikan biaya.

“Industri manufaktur seperti pabrik tekstil itu tidak terlalu berpengaruh dengan kenaikan harga gas industri, tetapi kenaikan tarif dasar listrik (TDL) sebesar 15%. Sehingga akhirnya sama saja ada dampak kenaikan harga produksi,” tuturnya.

Apindo pun menyesalkan sikap pemerintah yang secara tiba-tiba menaikkan harga gas indsutri tanpa koordinasi terlebih dahulu dengan kalangan industri.

Disampaikan Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jateng, Djoko Santosa, kenaikan harga gas industri ini memang berpotensi pada naiknya biaya produksi.

haw

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya