SOLOPOS.COM - Kasi Energi Dinas ESDM Wilayah Kendeng Selatan Sinung Sugeng Arianto (ketiga dari kiri) menjelaskan kondisi Api Abadi Mrapen kepada Pjs Bupati Grobogan Haerudin (kedua dari kiri), Jumat (2/10/2020).(Solopos.com/Arif Fajar Setiadi)

Solopos.com, SRAGEN — Semburan api dari perut bumi di Dukuh Banyurip, Desa Bonagung, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah dianggap punya potensi yang sama dengan api Mrapen di Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, yang padam.

Meski sudah berusia lebih dari setahun sejak ditemukan pada 18 Agustus 2019, belum ada tanda-tanda semburan api di Bonagung akan padam. Saat api Mrapen mulai dipertanyakan status keabadiannya setelah sirna, api Bonagung justru menunjukkan tanda-tanda keabadian.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Oleh warga setempat, api Bonagung pun digadang-gadang bisa menggantikan api Mrapen. Selama ini, api Mrapen kerap digunakan untuk meresmikan sejumlah kegiatan olahraga.

Obor pesta olahraga internasional Ganefo I pada 1963, pesta olahraga terbesar di Asia yakni ASIAN Games 2018, Pekan Olahraga Nasional (PON) hingga Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jateng dan pesta olahraga lainnya menggunakan api yang bersumber dari Mrapen.

Gadis yang Diperkosa dan Dianiaya Hingga Lumpuh Akhirnya Meninggal

Api Mrapen juga digunakan umat Budha pada upacara Hari Raya Waisak. Setiap tahunnya, penganut agama yang diajarkan oleh Sidharta Gautama itu menggelar prosesi pengambilan api dari Mrapen. Api tersebut kemudian dibawa keluar untuk disemayamkan di Candi Mendut.

"Api Bonagung punya potensi yang sama dengan api Mrapen. Keduanya sama-sama keluar dari perut bumi. Bedanya, Mrapen sudah padam total, tapi api Bonagung justru tetap menyala," kata Sarwoko, warga Dukuh Sendangwuni, Desa Bonagung, Kecamatan Tanon.

Siap Kelola

Kepala Desa Bonagung, Suwarno, mengaku siap mengalokasikan dana pada 2021 untuk mengelola semburan api yang dianggap bisa menggantikan api Mrapen yang sudah padam itu itu sebagai objek wisata baru.

Menurutnya, anggaran dana desa (DD) pada 2020 lebih banyak tersedot untuk pembangunan kolam renang dan kegiatan penanggulangan Covid-19. "Pada 2021 nanti akan kami plot untuk pengembangan api abadi Bonagung," ujar Suwarno kepada Solopos.com, Selasa (6/10/2020).

Menikahi Wanita Lansia 68 Tahun, Pria 32 Tahun Ini Dapat Uang Rp801 Juta

Pantauan Solopos.com di lokasi, Minggu (4/10/2020), kobaran api terlihat jelas dari cerobong besi yang dibuat oleh warga sekitar. Bagian atas cerobong besi itu terdapat sebuah rantang yang dipakai untuk melindungi api supaya tidak mobat-mabit karena tiupan angin.

Cerobong tempat keluar api itu berda dalam sebuah gubuk mungil berukuran 1,5 x 1,5 meter. Gubuk yang dibangun dengan fondasi beton itu bertujuan melindungi api dari guyuran air hujan.

Kerangka gubuk itu terbuat dari batang kayu dan bambu yang dipotong ala kadarnya. Dinding gubuk itu berupa triplek bekas dan anyaman bambu. Sementara bagian atap berupa seng bergelombang. Gubuk itu dibangun warga Dukuh Banyurip, Desa Kalikobok, yang berbatasan langsung dengan Desa Bonagung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya