SOLOPOS.COM - Suwarmin Direktur Bisnis dan Konten Solopos Group

Solopos.com, SOLO—Libur Lebaran 2022 yang lalu, Pura Mangkunegaran bikin gebrakan kecil. Beberapa paket wisata disajikan untuk masyarakat umum. Antara lain paket kuliner khas Pura berupa apem, kolak pisang dan ketan. Lalu kursus tari tradisional gagrak Mangkunegaran sepeti Gambyong Retnokusumo untuk putri dan Bandhabaya untuk putra. Ada juga paket sesi foto dengan budaya adat dan pakaian tari.

Jadi ini paket lengkap. Ada kuliner, fashion, dan atraksi. Dan rupanya, kerinduan masyarakat akan eksotisme masa lalu cukup tinggi. Tanpa promosi yang serius, paket-paket pariwisata ini cukup diminati masyarakat. Buktinya sajian apem, kolak pisang, dan ketan selalu ludes diserbu wisatawan.

Promosi Isra Mikraj, Mukjizat Nabi yang Tak Dipercayai Kaum Empiris Sekuler

Saat bertemu Raja Pura Mangkunegaran, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (K.G.P.A.A.) Mangkunegara X, Jumat (13/5/2022), di Ruang Pracimayasa, kompleks Pura Mangkunegaran, ada harapan lebih besar bahwa Pura Mangkunegaran bisa mempunyai masa depan gemilang.

Sang raja yang baru berusia 25 tahun ini tengah menyiapkan konsep yang lebih tertata agar Pura Mangunegaran bisa menjadi pusat destinasi wisata. Harapannya, agar Pura mampu menghidupi dirinya sendiri dan mampu memberi multiplier effect kepada masyarakat yang melingkupinya.

“Kami sedang menyiapkan, merencanakan agar Pura Mangkunegaran bisa menjadi pusat destinasi wisata. Tentu saja ini butuh dukungan semua pihak, karena kami tidak bisa sendirian,” kata K.G.P.A.A. Magkunegoro X yang sebelum naik tahta menyandang nama Gusti Pangeran Haryo (G.P.H.) Bhre Cakrahutomo Wiro Sudjiwo.

Baca Juga: Dalem Lur, Ini Makna Sajian Apam, Kolak & Ketan Khas Mangkunegaran Solo

Pura Mangkunegaran mempunyai luas lahan hampir 10 hektare. Setiap sudutnya bisa menjadi spot selfie yag keren. Istana yang sudah berusia 265 tahun lebih ini punya banyak cerita peninggalan masa lalu, seperti jejak kemiliteran Mangkunegaran, jejak industrialisasi pada masa lalu, juga bagaimana khasanah literasi yang tersimpan di perpustakaan atau museum Reksa Pustaka. Atau taman Cepuri di bagian belakang Pura, jika dibangun ulang dan dipadukan dengan fasilitas lain bisa menjadi tempat wisata pedestrian yang menarik. Bahkan sangat menarik.

Solo dan Pura Mangkunegaran memenuhi apa yang disebut Buhalis (2000) dalam 5A dalam konsep pariwisata seperti attractions (atraksi), accessibility (kemudahan akses), amenities (penginapan dan kelengkapannya), available packages (paket wisata), activities (kegiatan), dan ancillary services. Cooper dkk (2000) menyebut ancillary services adalah dukungan organisasi, pemerintah daerah dan kelompok lain atau pengelola destinasi wisata untuk menyelenggarakan kegiatan wisata.

Dalam ancillary services diperlukan dukungan banyak pihak agar dunia pariwisata bisa bertumbuh. Antara lain dari pemerintah daerah, asosiasi, akademisi, komunitas dan pihak lain. Pemerintah Kota Solo, bisa bikin event tertentu di Pura Mangkunegaran. Beberapa pihak juga telah membantu transliterasi dan digitalisasi naskah kuno di Perpustakaan Reksa Pustaka yang juga menjadi prioritas Mangkunegoro X.

Pengalaman

Semua paket yang ditawarkan Pura Mangkunegaran saat Lebaran lalu, paket kuliner, sesi foto pakaian adat, dan latihan menari, bisa menjadi gebrakan yang dahsyat dan sangat menarik jika dibangun dengan konsep dan narasi yang lengkap. Tujuannya adalah membangkitkan pengalaman pengunjung. Karena dalam pariwisata, pengalaman turis adalah produk pariwisata yang penting.

Menurut Vanhove (2005), apapun pengalaman yang dirasakan oleh wisatawan adalah merupakan produk pariwisata. Juga Meler & Cerovi? (2003), menyebut produk pariwisata perlu dilihat secara utuh yang terdiri dari material (barang) dan immaterial (jasa). Yüksel & Yüksel (2001) dan Benur & Bramwell (2015) sependapat pula bahwa pariwisata merupakan suatu pengalaman yang terbentuk dari banyak komponen yang bersifat tangible dan intangible.

Baca Juga: Uniknya Alakathak, Kuliner Khas Sukoharjo Kaya Cita Rasa

Kita lihat satu paket saja, misalnya paket kuliner apem, kolak pisang dan ketan. Masyarakat perlu diberi informasi ulang bagaimana paket kuliner ini adalah cara tokoh-tokoh jaman dulu mengajak masyarakat untuk memohon ampunan kepada Tuhan, dan meminta maaf atau memaafkan kesalahan orang lain.

Menurut catatan jurnal Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), apem atau apam berasal dari kata afuum yang berarti pemberian maaf (ampunan) atau pengayoman. Sumber lain menyebut kata apem diserap dari Bahasa Arab afwan yang berarti maaf.

Hal itu dikaitkan dengan kolak pisang dan ketan. Kolak diserap dari Bahasa Arab khalik yang berarti Sang Pencipta. Ketan merupakan kerata basa atau jarwa dhasak ngraketke iketan yang artinya merapatkan ikatan atau persaudaraan. Ini merupakan paket komplet komunikasi horisontal dan vertikal, bahkan transedental yang dalam bahasa agama disebut hablu minallah (hubungan dengan Tuhan) dan hablu minannas (hubungan dengan sesama manusia).

Itulah sebabnya apem disajikan dalam waktu-waktu khusus, seperti ruwahan. Yakni bulan dalam kalender Jawa sebelum bulan pasa atau puasa. Dimaknai sebagai persiapan penyucian jiwa dan raga sebelum beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Jika paket apem, kolak pisang dan ketan ini disajikan sebagai kegiatan dan atraksi pariwisata yang lengkap, tentu hasilnya lebih menarik dan lebih membangkitkan pengalaman bagi wisatawan. Bisa dikaitkan juga dengan telaah literasi dari Reksa Pustaka bagaimana asal muasal tradisi ini pada zaman dahulu. Bisa digabung dalam festival kuliner yang mengundang orang luar untuk menyajikan aneka resep apem, kolak dan ketan. Atau variasi kegiatan lainnya.

Pola komunikasi saat ini yang serba internet dan serba digital, akan menyebabkan pengalaman berwisata ini menjadi jalinan story atau cerita yang menarik, yang diceritakan sendiri oleh para wisatawan melalui akun-akun media sosial mereka. Rangkaian cerita ini akan melahirkan engagement yang menjadi aset penting bagi bisnis pariwisata. Cerita tak berhenti walaupun pikniknya sudah berakhir. Lebaran sudah berlalu, tetapi apem dan kolak pisang serta ketannya masih diceritakan.

Ini baru Pura Mangkunegaran. Solo juga punya Keraton Surakarta Hadiningrat yang mempunyai potensi tidak kalah. Keraton Kasunanan punya aneka ragam tradisi yang bisa dikemas dengan sangat menarik. Kedua istana di Kota Solo ini bisa menjadi daya tarik yang luar biasa jika mampu mengolah produk wisata sesuai dengan trend kebutuhan turis masa kini. Dan yang pasti, kedua entitas budaya itu harus mampu membangun citra diri yang positif.
Anda setuju?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya