SOLOPOS.COM - Maket Terminal Tirtonadi. (JIBI/Solopos/Dok)

APBD Solo, pedagang di terminal Tirtonadi menolak membayar retribusi baru.

Solopos.com, SOLO–Sejumlah pedagang yang berjualan di Terminal Tirtonadi keberatan dengan besaran tarif retribusi kios yang naik dari Rp220/m2/hari menjadi Rp350/m2/hari per 2 Juli 2016 lalu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pedagang yang menempati kios 099 di Terminal Tirtonadi, Ninik Wahyu Pujiastuti, menilai kenaikan tarif retribusi tidak pas di tengah kondisi terminal yang dianggap belum stabil pascarevitalisasi.

“Terus terang kondisi terminal saat ini belum stabil [setelah pembangunan]. Ketika Juli lalu ada kenaikan, kami keberatan karena masih dalam tahap penyesuaian seperti kondisi sebelum ada pembangunan,” terang dia saat berbincang dengan wartawan, Jumat (29/7/2016) siang.

Ninik mengutarakan saat ini pendapatannya turun sampai 50% dibandingkan sebelum ada proyek pembangunan dan penataan terminal. Dia menyebut salah satu faktor penurunan jumlah pembeli lantaran banyak penumpang yang memilih naik atau turun di luar terminal dibandingkan masuk ke terminal.

“Kami mempertanyakan kenapa masih banyak penumpang yang senang naik di jalan raya dan tidak mau turun di terminal. Toh terminal sudah dibangun sedemikian bagus,” keluhnya.

Dia meminta kebijaksanaan pemerintah agar bisa mengevaluasi besaran tarif retribusi. “Kami sudah mengirimkan surat keberatan kepada Wali Kota dan Dinas Perhubungan Mei lalu. Tapi sampai sekarang belum ada tanggapan. Kami ingin ada solusi bersama agar bisa tetap berusaha di terminal,” kata dia.

Pedagang yang menempati kios 151 dan 139, Wiwin, mengatakan pedagang yang membuka dhasaran di terminal sudah berupaya menggaet pembeli agar mau mampir di kiosnya. Namun, dikatakannya, upaya tersebut belum memetik hasil maksimal seperti sebelum penataan dan pembangunan Terminal Tirtonadi.

“Penataan dagangan sudah kami upayakan seindah mungkin. Harga juga kami buat sama dengan di luar terminal. Sampai kami pasang [spanduk] daftar harga di kios agar pembeli tidak takut masuk. Kalau kondisi seperti ini masih dibebani retribusi, kasihan bakul yang setiap hari harus nombok untuk pegawai juga,” keluhnya.

Wiwin juga mengeluhkan keberadaan pedagang asongan yang berkontribusi menggerus pendapatan pedagang kios. “Di terminal masih saja ada pedagang asongan nasi bungkus, rokok, dan air mineral. Padahal sesuai kesepakatan dulu, mau ada pembersihan. Memang dari UPTD Terminal Tirtonadi sering ada pembersihan, tapi kenyataannya masih kalah sama orang mencari urusan perut,” ujarnya.

Menanggapi keluhan sejumlah pedagang, Kepala UPTD Terminal Tirtonadi, Eko Agus Susanto, menyilakan kepada pedagang untuk membuat pengajuan keberatan retribusi. Eko menampik kondisi terminal yang dia kelola saat ini belum mencapai tahapan mapan.

“Terminal yang sekarang sudah settle. Saat ini sudah ada sekitar 9.000-10.000 penumpang/hari pada hari biasa. Setiap akhir pekan atau liburan bisa sampai 12.000 penumpang/hari. Lebaran bahkan sampai 30.000 penumpang/hari,” jelasnya.

Ihwal pedagang asongan, Eko menyebutkan sesuai Perda No. 1/2013 tentang Penyelenggaraan Perhubungan, keberadaan pedagang tersebut di terminal dibatasi ruang geraknya. “Asongan diakomodasi. Tapi ada aturan mainnya. Mereka enggak boleh di bus AC, enggak boleh naik bus patas, dan cuma bisa mengasong di tempat parkir bus. Kami terapkan sanksi tegas bagi yang melanggar”.

Menurut Eko, penumpang yang turun dan naik bus di luar terminal tidak signifikan dibandingkan total keseluruhan jumlah penumpang di Terminal Tirtonadi. Dia mencermati, sepinya pembeli di terminal lantaran pedagang tidak saklek pada konsep penataan awal yang dibuat selang-seling antardagangan.

“Bus sudah kerap kami tilang yang mengambil atau menurunkan penumpang di jalan. Tapi tidak ngaruh. Menurut saya, agar bisa ramai seperti semula pedagang harus introspeksi. Pedagang jangan latah dengan dagangan lapak sebelahnya. Kebersihan juga dijaga,” saran dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya